BULAN Safar, yaitu bulan kedua setelah Muharam dalam kalendar Islam
(Hijriyah) yang berdasarkan tahun Qamariyah (perkiraan bulan
mengelilingi bumi). Safar artinya kosong atau nol. Dinamakan Safar
karena dalam bulan ini orang-orang Arab dulu sering meninggalkan rumah
untuk menyerang musuh.
Telah menjadi kepercayaan keliru oleh sebagian umat bahwa Safar
adalah bulan sial atau bulan bencana. Padahal, mitos Safar bulan sial
ini sebenarnya sudah dibantah oleh Rasulullah Muhammad saw yang
menyatakan bahwa bulan Safar bukanlah bulan sial.
Dari Abu Hurairah r.a., Rasulullah Saw bersabda, “Tidak ada penyakit
menular (yang berlaku tanpa izin Allah), tidak ada buruk sangka pada
sesuatu kejadian, tidak ada malang pada burung hantu, dan tidak ada bala
(bencana) pada bulan Safar (seperti yang dipercayai).”
Rasulullah Saw juga bersabda: “Tidak ada wabah dan tidak ada
keburukan binatang terbang dan tiada kesialan bulan Safar dan larilah
(jauhkan diri) daripada penyakit kusta sebagaimana kamu melarikan diri
dari seekor singa” (HR. Bukhari)
Dalam sejarah Islam, bulan shafar menempatkan peristiwa-peristiwa
penting yang berkaitan dengan perkembangan Islam dari zaman Rasulullah
hingga kejayaan dan keruntuhunnya. Berikut 11 peristiwa penting di bulan
Safar.
1. Pernikahan Rasulullah saw dengan Khadijah binti Khuwailid
Menurut beberapa sumber Rasulullah saw menikahi khadijah rha pada
bulan Shafar. Menurut Sirah Nabawiyah yang ditulis oleh Syeikh
Shafiyyurrahman Al Mubarakfuri Rasulullah muda menikahi khadijah atas
prakarsa Nafisah binti Munabbih. Mahar yang diberikan Rasulullah saw
berupa unta 20 ekor dengan jarak usia lebih tua khadijah 15 tahun.
2. Peristiwa Perang Al-Abwa
Dalam Zaadul Maad Peristiwa ini terjadi pada bulan Shafar tahun ke 12
Hijrah. Perang Al Abwa disebut pula dengan Perang Waddaan. Pembawa
panji perang saat itu Hamzah bin Abdul Muthalib. Ketika itu panji yang
dibawa berwarna putih. Kepemimpinan kota Madinah sementara waktu
diserahkan kepada Saad bin Ubadah. Perang ini Dilakukan khusus untuk
menyergap kafilah Quraisy namun tidak membuahkan hasil.
Pada peristiwa ini Nabi berpesan kepada Makhsyi bin Amr adh-Dhamari,
yang merupakan pemimpin Bani Dhamrah kala itu, untuk tidak saling
berperang dan tidak membantu lawan. Perjanjian dibuat tertulis. Itu
berlangsung selama lima belas malam.
3. Tragedi Ar Raji’
Pada tahun 3 H bulan Shafar datanglah kepada Nabi saw kaum dari Bani
‘Adhal dan al-Qaaroh dan menyatakan bahwa mereka masuk Islam. Dalam
Zaadul Maad dikisahkan Kedua kabilah itu meminta dikirim orang-orang
yang dapat mengajarkan mereka tentang Islam dan membacakan kepada mereka
al-Quran. Nabi saw mengutus kepada mereka enam orang. -Ibnu Ishaq dan
al-Bukhari menyebutkan: sepuluh orang.- yang dipimpin oleh Mursyid bin
Abi Mursyid al-Ghanawi, yang salah satunya Khabib bin Adi. Namun, ketika
rombongan sampai pada suatu tempat bernama Ar Raji’ dua kabilah
tersebut berkhianat. Para utusan Islam dibantai dengan dibantu oleh
kabilah Hudzail dan menawan Khabib bin Adi dan Zaid bin ad-Datsiah.
Kemudian keduanya dijual di Mekkah. Mereka berdualah yang nantinya
membunuh tetua kabilah Hudzail pada perang Badar.
4. Tragedi Bi’ir Ma’unah
Peristiwa Bi’ir Ma’unah terjadi pada bulan Shafar tahun 4 H selang
beberapa saat setelah tragedi Ar Raji’. Diceritakan dalam Hayat Muhammad
karya M Husain Haikal pada waktu itu Rasulullah saw menawarkan
ke-Islaman kepada Abu Bara’ Amr bin Malik. Namun Abu Bara’menolak dengan
halus. Kemudian ia menawarkan kepada Rasulullah saw agar mengutus
sahabatnya ke Najd untuk mengajak kaum Najd memeluk Islam. Atas jaminan
dari Abu Bara’ Rasulullah saw kemudian mengutus Al Mundhir bin Amr dari
Bani Sa’idah beserta 40 sahabat pilihan menuju Najd.
Ketika sampai di Bi’ir Ma’unah Para utusan berhenti dan mengutus
Haram bin Milhan membawa dari Rasulullah kepada Amir bin Thufail. Namun
surat itu tidak dibaca Amr, bahkan Amr membunuh Haram bin Milhan.
Kemudian Amir bin Thufail meminta bantuan kabilah Bani Amir yang
akhirnya ditolaknya karena ada jaminan perlindungan (suaka) dari Abu
Bara’. Amir Bin Thufail kemudian mengajak kabilah Bani Sulaim dan
mendapat sambutan. Pecahlah pertempuran antara Amir dan sekutunya dengan
utusan Rasululah, akhirnya semua utusan terbunuh kecuali Ka’ab bin Zaid
bin an-Najjar walaupun terluka dan bergelimpangan bersama jasad-jasad
lain. Dia hidup hingga gugur pada peristiwa perang Khandak.
Pada pertempuran ini terbunuh pula ketua utusan Mundzir bin Uqbah bin
Aamir sedangkan Amr bin Amiah adh-Dhamari ditawan. Ketika tahu bahwa
Amr dari kabilah Mudhar, Aamir memotong rambut dahinya (jambulnya) dan
membebaskannya dengan jaminan yang ada pada Amiah.
Amr bin Amiahpun kembali ke Madinah. Ketika sampai di Qorqorah di
Sodr Qonaah (nama tempat) dia berteduh di sebuah pohon. Pada saat yang
sama datanglah dua orang dari Bani Kilaab turut berteduh bersamanya.
Manakala kedua orang dari bani Kilaab tertidur, Amr membunuh keduanya.
Amr merasa sedikit telah membalaskan apa yang telah dilakukan terhadap
para sahabatnya. Tetapi ayalnya, ternyata kedua orang yang dibunuh itu
telah memiliki perjanjian dengan Rasulullah saw, dan dia tidak
menyadarinya. Ketika sampai di Madinah Amr mengabarkan apa yang terjadi
kepada Rasulullah saw dan apa yang dia lakukan terhadap dua orang dari
Bani Kilaab.
(Mendengar itu) Nabi pun bekata,
لَقَدْ قَتَلْت قَتِيلَيْنِ لَأُودِيَنَّهُمَا
“Sungguh engkau telah membunuh dua orang yang harus aku bayar diah (denda) pembunuhan keduanya”.
5. Kemengan Perang Khaibar
Menurut Ibnu Qayim Al Jauziyah dalam Zaadul Maad Sesungguhnya
keluarnya Rasulullah r ke Khaibar adalah di akhir bulan Muharram, bukan
permulaannya. Fath (kemenangannya) adalah di bulan Shafar.
Perang Khaibar merupakan peperangan kaum muslimin dengan Yahudi di
Khaibar karena bersekutu denga Raja Hiraklius. Kaum Muslimin menaklukkan
sebuag benteng yang berlapis dengan membutuhkan waktu berhari-hari
untuk mengepung dan menembus masuk ke bentng tersebut.
6. Peristiwa Pengepungan di Khats’am
Peristiwan ini jatuh pada bulan Shafar tahun 9 H. Ibnu Mas’ud berkata, “Mereka menceritakan:
Rasulullah saw mengutus Qutbah bin Aamir dengan dua puluh orang ke
distrik dari wilayah Khast’am pinggiran Tabbaalah. Nabi memerintahkannya
untuk mengepung tempat itu. Merekapun keluar dengan berbekal sepuluh
onta. Mereka manawan seorang lelaki dan menginterogasinya. Tetapi bahasa
orang itu tidak dapat dimengerti dan dia berteriak-teriak. Karena
membahayakan merekapun memenggal lehernya. Ketika penduduk al-Hadiroh
telah tertidur lelap, pengepunganpun dilakukan, sehingga terjadilah
pertempuran yang sengit, banyak yang terluka dari kedua belah pihak.
Qutbah bin Aamir memerangi siapa saja yang melawan. Ternak, wanita dan
apapun yang bisa dibawa digiring ke Madinah. Dikisahkan bahwa lawan
berkumpul untuk menyusul dan mengikuti jejak mereka, tetapi Allah swt
mengirim banjir bandang yang mencegat mereka untuk bisa sampai kepada
para sahabat dan apa yang mereka bawa. Kaum itu hanya bisa menatap
hingga rombongan menghilang dari pandangan mereka, tidak dapat
menyeberang (Zaadul Maad).
7. Masuk Islamnya Bani Udzrah
Bani Udzrah adalah salah satu bani yang mempunyai garis keturunan
sampai kepada Qushai salah satu kakek Rasulullah saw. Pada waktu itu
datang kepada Rasulullah utusan dari Udzroh pada bulan Shafar, tahun
kesembilan sebanyak dua belas orang. Di antaranya Jumroh bin an-Nu’maan.
Mereka menyatakan diri memeluk Islam. Rasulullah saw kemudian
menceritakan kepada mereka akan datangnya kemenangan atas Syam dan
diperanginya Hiraklius hingga akhir imperiumnya.
8. Pengangkatan Usamah Bin Zaid
Pada bulan safar Rasulullah mempersiapkan kaum muslimin untuk
berperang. Pasukan kaum muslimin yang berjumlah 3000 ribu dan didalamnya
terdapat banyak sahabat. Rasulullah memerintahkan untuk berangkat ke
tanah al-Balqa yang berada di Syam, persisnya tempat gugur (syahidnya)
Zaid bin Haritsah. Keesokan hari, 29 Safar tahun 11 H atau 24 Mei 632
Rasululllah memanggil Usamah bin Zaid supaya menghadap beliau. Setelah
Usamah menghadap, Nabi mengangkatnya menjadi panglima perang untuk
memimpin pasukan yang akan diberangkatkan itu.
Nabi bersabda, “Pergilah kamu ke tempat terbunuhnya bapakmu, injaklah
mereka dengan kuda. Aku menyerahkan pimpinan ini kepadamu, maka
perangilah penduduk Ubna pada pagi hari dan bakarlah (hancur
binasakanlah) mereka. Cepatlah kamu berangkat, sebelum berita ini
terdengar oleh mereka. Jika Allah memberi kemenangan kepadamu atas
mereka, janganlah kamu berlama-lama bersama mereka. Bawalah bersamamu
petunjuk-petunjuk jalan dan dahulukanlah mata-matamu.”
Usamah Bin Zaid adalah sahabat Rasulullah saw yang masih belia
usianya. Dikatakan belia karena usia Usamah ketika diangkat menjadi
panglima perang belum mencapai 20 tahun. Usamah diangkat menjadi
panglima perang sudah dalam kondisi menikah dan siap perang.
9. Penaklukan Persia
Peristiwa ini terjadi pada masa kekhalifahan Umar bin Khatab pada
tanggal 14 Safar 16 H atau 17 Maret 637 M. Kaum muslimin dibawah
pimpinan Saad bin Abi Waqash memperoleh kemenangan atas Persia.
Sebelumnya kaum muslimin berperang hebat di qadisiyah (masuk negara
Irak) serta menduduki istananya. Saad Bin waqash sebelumnya sempat
mengalami luka pedang cukup parah akibat pertempuran. Namun pertempuran
berhasil dimenangkan kaum muslimin.
10. Jatuhnya kota Baghdad ke tangan Hulakhu Khan
Kota Baghdad yang pada masa itu menjadi pusat pemerintahan Daulah
Bani Abasiyah sungguh kehilangan daya. Pada tanggal 9 safar tahun 565 H/
14 februari 1258 M, tentara Mongol yang berkekuatan sekitar 200.000
orang tiba di salah satu pintu Baghdad. Khalifah Al-Mu’tashim, penguasa
terakhir Bani Abbasiyah di Baghdad betul-betul tidak berdaya dan tidak
mampu membendung tentara Hulughu Khan.Tentara tar tar ini membantai
serta menghancurkan seluruh isi kota Baghdad termasuk produk Ilmu
pengetahuan. Jatuhnya kota Baghdad yang menandakan runtuhnya Daulah Bani
Umayah disebabkan oleh pengkhiantan yang dilakukan oleh al-wazir
Umayyiduddien Muhammad bin al-Alqami ar-tafidhi seorang Syiah Rafidhah.
11. Meninggalnya Pembebas Jerusalem Shalahuddin Al Ayyubi
Pada tanggal 27 Safar 859 atau 15 Februari 1455 Sholahuddin
menghembuskan nafas terakhir di damaskus. Para pengurus jenazah
terkaget-kaget karena Sholahuddin tidak memiliki harta. Ia hanya
memiliki kain kafan dan uang senilai 66 dirham nasirian (mata uang
suriah pada waktu itu). Menjelang wafatnya beliau menyampaikan pesan
yang luar biasa “Jangan Tumpahkan Darah, Sebab darah yang terpecik tak
akan pernah tidur”. Beliau meninggalkan penasihat yang merupakan ulama
terkenal yakni Ibnu Qudamah, Ibnu Az-Zaki Asy-Syafi’i, dan Ibnu Naja’
al-Qadiri al Hambali.
[Sumber:www.facebook.com/groups/situskomunitasmuslim/permalink/461481123889675/]