“Dan bersegeralah kamu memohon ampunan dari Tuhannmu, dan bersegera
pula menuju sorga seluas langit dan bumi, ia sediakan bagi mereka yang
bertakwa.”
Nabi saw. bersabda:
“Siapa menyambut kehadiran malam pertama bulan Rajab, dengan aktifitas keagamaan, seperti shalat malam, baca
Qur’an, dzikir dan lain-lain, maka ia berjiwa hidup sekalipun umumnya
manusia mati hatinya, dan Allah mencurahkan kebaikan dari (fikiran)
bawah kepalanya, ia bersih dari dosa seperti baru lahir dari kandungan
ibunya, dan ia diizinkan mensyafa’ati 70.000 ahli berdosa yang
seharusnya di neraka.” (Demikian dikutip dari kitab Lubil Albab, karya Maula Tajul ‘Arifin/A’rajiyah).
Dari Anas bin Malik, Nabi saw. bersabda:
“Siapa shalat sunah di malam bulan Rajab sesudah shalat Maghrib, setiap
raka’at ba’da Fatihah membaca surat Ikhlas (demikian sampai 20 rakaat
dibuat 10x salam), maka ia dipelihara dirinya, keluarga dan mereka yang
menjadi tanggung jawabnya dari mala petaka dunia dan siksa akhirat.” (Zubdah)
Nabi saw. bersabda:
“Camkanlah, bahwasanya Rajab adalah syahrullah yang pekak, siapa puasa
satu hari pada bulan itu penuh keyakinan dan keikhlasan, maka dapat
dipastikan keridlaan Allah yang besar padanya. Dan siapa puasa 2 hari,
maka seluruh masyarakat langit dan bumi tidak sanggup mensifati besarnya
karamah Allah yang diberikan kepadanya. Dan siapa puasa 3 hari, maka ia
diselamatkan dari mala petaka di dunia dan siksa di akherat, juga
terbebas dari penyakit gila, kusta dan sejenisnya, serta dari ancaman
dajjal. Siapa puasa 7 hari, maka tertutuplah baginya 7 pintu neraka
Jahanam, siapa puasa 8 hari, maka terbuka baginya 8 pintu sorga, siapa
puasa 10 hari, maka segala permohonannya dikabulkan oleh Allah Swt. Dan
siapa puasa setengah bulan, maka diampuni dosa-dosa yang terdahlu, dan
amal jahatnya diganti dengan amal baik, dan siapa menambah puasanya maka
Allah juga menambah pahalanya.” (Zubdah)
Nabi Saw. bersabda:
“Di malam Isra’-Mi’raj, aku melihat sebuah begawan, airnya manis
melebihi madu, sejuk melebih es, harum melebihi kasturi. lalu kutanyakan
kepada Jibril, Jawabnya: ‘Benganwan itu disediakan bagi orang yang
bershalawat kepadamu di bulan Rajab.’”
Muqatil ra. berkata:
“Bahwasanya di balik bukit Kof itu ada tanah putih, debunya seperti
perak, seluas 7x alam dunia, dipenuhi jamaah malaikat, seandainya ada
sebatang jarum terjatuh, pasti mengenai mereka. Setiapnya berbendera
“LAAILAAHA ILLALLAAH MUHAMMADUR RASUULULLAH”. Mereka berhimpun setiap
malam Jumat
bulan Rajab di sekeliling bukit Kof. mereka merendah memohon
selamat bagi umat Muhammad saw., do’a mereka berikut:
RABBANARHAM UMMATA MUHAMMADIN WALAA TU’ADZ-DZIBHUM.
Artinya:
”
Ya Tuhan, kasihanilah umat Muhammad dan janganlah mereka tersiksa”. Dan
mereka (para malaikat) beristighfar, menunduk pada Allah hingga Shubuh.
Maka Allah berfirman: “Hai para malaikatKu, demi Kemulyaan dan
KeluhuranKu, Aku telah mengampuni mereka.” (Majalisul Abrar)
Abu
Bakar berkata: “Ketika lewat sepertiga malam Jum’at bulan Rajab, seluruh
malaikat langit dan bumi berhimpun di Ka’bah, lalu Allah memandang
penuh rahmat kepada mereka, FirmanNya: “Hai malaikatKu, mohonlah yang
kau inginkan! Jawab mereka: “Ya Tuhan, ampunilah orang yang puasa Rajab,
FirmanNya: “Aku telah mengampuni mereka”.
Dikatakan pula bahwa
setelah Rajab habis (hitungan bulannya), maka ia naik ke langit, lalu
Allah SWT. Befirman: ” Hai bulanKu, apakah mereka mencintai dan
memulyakanmu. Maka diamlah Rajab, hinga ditanya dua tiga kali, kemudian
jawabnya: “Ya Tuhan, Engkaulah Yang pandai merahasiakan segala cacad dan
cela, dan Engkau pula yang menyuruh makhlukMu supaya merahasiakannya
pada lain orang, itulah sebabnya RasulMu menyebutku “pekak”, aku semata
hanya mendengan kebaktian mereka, ketaatan dan kebaikan mereka, lain
tidak. Selanjutnya Allah berfirman: “Engkau bulanKu yang pandai
menyimpan cacad dan pekak hamba-hambaku yang ber’aib, Aku terima mereka
berikut ‘aib/cacadnya berkat kehormatanmu seperti halnya Aku terima kamu
berikut ‘aib/cacadmu. Aku mengampuni mereka sebab menyesali dosa mereka
1x dalam bulan Rajab, dan dalam bulan itu pula Aku tiada mencatat
kemaksiatan mereka.” (Misykatul Anwar).
Disebut
dengan Rajab, karena bangsa Arab telah memulyakan dan mengagungkan
bulan tersebut, diantaranya mereka sambut dengan membuka pintu Ka’bah
untuk umum selama bulan itu, padahal di bulan lainnya tidak dibuka
kecuali hari Senen dan Kamis. Sahut mereka: ” Bulan ini adalah bulan
Allah, dan rumah ini adalah Baitullah, dan bangsa ini adalah hamba
Allah, maka tiada larangan bagi hambaNya memasuki Baitullah dalam bulan
ini.” (A’rajiyah).
Hikayah:
Ada seorang wanita di Baitul
Muqaddas yang taat beribadah kepada Allah SWT., bila bulan Rajab tiba,
ia sambut dengan membaca surat Ikhlash 10x, pakaian kebesarannya dilepas
dan ia ganti pakaian biasa. Tiba-tiba pada suatu bulan Rajab, ia jatuh
sakit dan berpesan kepada anaknya, jika ia meninggal supaya dimakamkan
berikut pakaian yang biasa dibuat menyambut bulan Rajab. Ternyata
sesudah ia meninggal, anaknya merasa malu kepada umumnya masyarakat bila
memenuhi pesan ibunya, maka dibungkuslah mayat ibunya dengan kain kafan
yang mahal.
Dan pada suatu malam ia mimpi bertemu ibunya, kata
ibu itu: “Hai anakku, kenapa engkau abaikan pesanku, sungguh aku tidak
rela padamu”. Alkisah, bangunlah ia, rasa terkejut dan takut meliputi
dirinya. Maka pagi harinya, ia menggali makam ibunya, namun mayat tiada,
dan cemaslah ia sambil menangis. Di tengah-tengah menangis terdengarlah
suara memanggilnya: “Ketahuilah bahwasanya siapa memulyakan bulanKu
(Rajab), Aku tidak bakal membiarkannya kesepian di dalam kubur”.
(Zubdatulwa’idhin)
Dari ‘Aisyah ra., Nabi SAW bersabda:
“Kelak
di hari Kiamat seluruh manusia dalam keadaan lapar, kecuali para Nabi
dan keluarga mereka, serta orang-orang yang berpuasa Rajab, puasa
Sya’ban dan puasa Ramadhan, mereka tetap dalam keadaan tenang, tidak
merasa lapar atau pun dahaga.” (Zubdatul wa’idhin)
Diriwayatkan dalam hadits:
“Ketika
Kiamat telah tiba, terdengalah panggilan: “Dimanakah keluarga Rajab ?
Lalu keluarlah nur-cahaya, diikuti Jibril dan Mikail, serta keluarga
Rajab. Kemudian mereka bergerak melintasi shirath bagai kilat menyambar,
dan bersujud kepada Allah SWT menyampaikan rasa syukur mereka
kepadaNya. Allah berfirman: “Hai keluarga Rajab, pada hari ini kalian
boleh mengangkat kepalamu, sungguh kalian telah bersujud di dunia di
bulanKu, silahkan mengambil tempat masing-masing” (Raunaqul Majalis)
Hikayah:
Dari
Tsauban, katanya: “Adalah kami bersama Nabi SAW lewat di suatu kuburan,
lalu beliau SAW menangis dan berdo’a: Ketika hal itu kutanyakan,
Jawabnya: “Ya Tsauban, mereka yang berada di kubur itu tengah menderita
siksa, lalu aku berdo’a, dan allah meringankan siksa mereka”. Kemidan
sabdanya: “Ya Tsauban, seandainya mereka puasa sehari di
bulan Rajab, dan tiada tidur malamnya, pasti mereka tidak menderita siksaan kubur.”
Lalu akupun bertanya: ” Ya Rasul, benarkah berbuat demikian dapat
meringankan siksa kubur. Jawabnya: “Ya Tsauban, demi Allah Yang
Mengutusku menjadi Nabi, tiada seorang muslim pria atau wanita puasa
sehari di bulan Rajab dan beribadah di malamnya secara ikhlas karena
Allah, kecuali Allah mencatatnya seperti beribadah satu tahun, puasa di
siang hari, dan beribadah / shalat di malamnya.” (Zubdatul wa’idhin)