Hukum Qunut Subuh
Hukum qunut pada shalat subuh adalah sunnat muakkad menurut ahli fiqih mazhab Syafi'i. Artinya, jika
doa qunut
pada saat shalat subuh ditinggalkan, tidaklah membatalkan shalat, namun
disunatkan melakukan sujud sahwi. Demikian pula mazhab Maliki
mensunatkan melakukan qunut Subuh, sedangkan yang tidak mensunatkan
qunut subuh adalah mazhab Hanafi. Sedangkan Mazhab Hambali mensunatkan
qunut subuh khusus kepada para imam/pemimpin.
Hukum Qunut pada selain Shalat Subuh
Adapun membaca qunut pada shalat fardu selain shalat subuh, terdapat 3 pendapat dalam mazhab Syafi'i.
- Lakukan qunut jika terjadi musibah kepada kaum muslimin, jika tidak
ada bencana, maka tidak perlu dilakukan qunut.Qunut ini dianamakan qunut
nazilah.
- Mutlaq melakukan qunut.
- Tidak perlu qunut.
Hukum Qunut Witir Ramadlan
Dalam mazhab Imam Syafi'i, disunatkan membaca doa qunut pada shalat
witir. Ada 2 pendapat kapan membaca doa qunut pada shalat witir
Ramadlan. Pendapat yang paling kuat adalah membacanya setelah
pertengahan bulan Ramadlan (malam ke 16 Ramadlan) pada rakaat terakhir.
Pendapat yang ke dua adalah doa qunut dibaca pada seluruh shalat witir
di bulan Ramadlan. Bahkan Mazhab lain yaitu mazhab Hanafi, mensunatkan
doa qunut pada tiap shalat witir di bulan Ramadlan dan selain Ramadlan.
Cara membaca doa qunut pada shalat dalam mazhab Syafi'i adalah pada
rakaat terakhir setelah i'tidal. Sedangkan mazhab Maliki melakukannya
sebelum ruku.
Untuk lebih yakin dan faham tentang pelaksanaan qunut subuh, terutama
bagi yang suka melakukannya, silahkan baca kitab Al Adzkar karya Syaikh
Muhyiddin Abi Zakaria Yahya bin Syarif Nawawi halaman 57 dan kitab Al
Mizaanul Kubraa/Rahmatul Ummah fikhtilaafil A-immah karya Abi Abdullah
Muhammad bin 'Abdurrahman Addamsyiqii Al 'Ustmaani halaman 44.