Posted by SUN32LEN on Thursday, April 9, 2015
Sebelum belajar tentang
tata cara wudu yang benar terlebih dahulu kita pelajari perkara yang membatalkan wudu atau perkara yang menyebabkan hadas kecil. Menurut imam Nawawi perkara yang membatalkan wudu ada empat; (1) keluarnya sesuatu dari kelamin atau anus kecuali mani; (2) hilangnya akal sebab pinsan atau tidur kecuali tidurnya orang yang menetapkan tempat duduknya yaitu orang yang tidur dengan cara duduk bersila dan tidak menyandarkan tubuhnya; (3) bertempelannya kulit laki-laki dan perempuan kecuali jika mahrom; (4) memegang kemaluan atau lubang anus manusia.
Jika empat perkara di atas terjadi kemudian kita hendak melaksanakan sholat atau ibadah lain yang disyaratkan suci dari hadas, maka kita harus berwudu dan untuk keabsahan wudu kita harus mengetahui tata caranya mencangkup fardu wudu dan cara melakukannya.
Kefarduan WuduYang dikehendaki dengan kefarduan wudu adalah kegiatan yang harus dilakukan saat berwudu. Menurut Imam Nawawi jumlah fardu wudu ada enam; niat, membasuh wajah, membasuh kedua tangan hingga siku, mengusap sebagian kepala, membasuh kedua kaki hingga mata kaki dan tertib.
Kesunahan WuduSelain enam perkara di atas saat berwudu kita disunahkan melakukan beberapa kesunahan wudu seperti membasuh tangan dan menyelah-nyelahi jari tangan, berkumur, menghisap air kehidung, membasuh telinga dan lain-lain.
Tata Cara BerwuduTata cara wudu yang akan kita pelajari disini tidak hanya melakukan kefarduan wudu melainkan juga melaksanakan kesunahan-kesunahannya. Oleh karena itu pertama-tama kita bersiwakan atau menggososk gigi diteruskan dengan membasuh kedua tangan sambil menyela-nyelahi jari tangan. Kemudian berkumur sebanyak tiga kali dilanjutkan dengan menghisap air ke hidung dengan jumlah yang sama dengan berkumur.
Setelah kesunahan wudu di atas dilakukan maka kita mulai memasuki kefarduan wudu yang pertama dan kedua yaitu niat dan membasuh wajah. Keduanya dilakukan secara bersamaan. Artinya, ketika kita mulai membasuh wajah bersamaan dengan itu kita harus berniat dalam hati untuk menghilangkan hadas.
Ada sebagian orang yang merasa kesusahan melakukan dua hal di atas secara bersamaan. Solusi untuk masalah ini adalah dengan cara melafalkan niat menggunakan lisan ketika hendak membasuh wajah. Lafal niat yang dimaksud adalah “nawaitul wudu’a lirof’il hadasil ashghori lillahi ta’ala.”
Mengenai hukum melafalkan niat, para ulama berbeda pendapat. Sebagian berpendapat bahwa melafalkan niat adalah perkara bid’ah yang sesat karena tidak ada dalilnya.
Sebagian ulama lain membantah pendapat itu. Mereka berpendapat bahwa hukum melafalkan niat adalah sunah dengan dalil qiyas. Mereka mengkiyaskan pelafalan niat wudu dengan pelafalan niat ihrom yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW.
Dalam artikel ini saya tidak akan membahas soal perbedaan pendapat sebab bagi saya perbedaan adalah kasih sayang sedangkan penolakan terhadap perbedaan pendapat adalah bencana.
Setelah menyelesaikan pembasuhan wajah maka selanjutnya adalah membasuh kedua tangan serta sedikit bagian atas kedua sikut dan disunahkan membasuh sebanyak tiga kali.
Kemudian mengusap sebagian rambut kepala minimal satu helai menggunakan air. Bagi orang botak, hendaknya membasuh kulit kepala yang secara umum menjadi tempat tumbuhnya rambut kepala.
Selanjutnya membasuh kedua telinga. Meskipun hukumnya sunah tetapi tidak ada ruginya jika kita melakukannya. Itung-itung sebagai tambahan pahala.
Terahir adalah membasuh kaki dari telapak kaki hingga sedikit bagian atas mata kaki. Saat membasuh kaki ada tiga hal yang disunahkan yaitu membasuh hingga bagian tengah betis, menyelah-nyelahi jari kaki, dan membasuh sebanyak tiga kali.
Tata cara wudu yang benar harus dilakukan secara berurutan. Jadi tidak boleh dibolak balik. Misalnya kaki dulu kemudian baru membasuh wajah. Atau Tangan dulu kemudian kaki dan selanjutnya baru membasuh wajah.
Tata cara wudu tak berurutan tidak sah menurut madzhab syafii sekalipun menurut madzhab Maliki tetap sah.