Shalat Tarawih adalah shalat sunnah yang khusus dilaksanakan hanya pada
malam-malam bulan Ramadhan. Dinamakan Tarawih karena orang yang melaksanakan
shalat sunnah di malam bulan Ramadhan beristirahat sejenak di antara dua kali
salam atau setiap empat rakaat. Sebab dengan duduk tersebut, mereka
beristirahat karena lamanya melakukan Qiyam Ramadhan. Bahkan, dikatakan bahwa
mereka bertumpu pada tongkat karena lamanya berdiri. Dari situ kemudian, disebut Tarwihah, dan semuanya disebut Tarawih.
Hal itu sebagaimana dijelaskan oleh al-Hafidz Ahmad ibn Ali ibn Hajar
al-‘Asqallâniy dalam kitab Fath al-Bâri Syarh al-Bukhâri juz 4 halaman 778:
“Shalat jamaah yang dilaksanakan pada setiap malam bulan Ramadhan dinamai
Tarawih karena para sahabat pertama kali melaksanakannya, beristirahat pada
setiap dua kali salam.”
Lafadz Tarawih adalah bentuk jama’ (plural) dari kata tunggal tarwîhah yang
berarti istirahat. Menurut etimologi berasal dari kata murâwahah yang berarti
saling menyenangkan, dengan wazan mufâ’alahnya ar-râhah yang berarti merasa
senang. Term ini merupakan bentuk lawan kata dari at-ta’ab yang berarti letih
atau payah.
Keutamaan shalat Tarawih dari malam pertama hingga malam terakhir telah
disebutkan dalam salah satu hadits Nabi riwayat Sayyidina Ali dalam kitab
Durrat an-Nashihin karya Syeikh Utsman ibn Hasan ibn Ahmad Syakir al-Khubuwiy
ar-Rumiy al-Hanafiy halaman 19:
“Diriwayatkan dari Sayidina Ali, ia berkata: “Rasulullah ditanya tentang
keutamaan shalat Tarawih pada bulan Ramadhan'', beliau menjawab:
• Malam ke-1: “Keluar seorang mu’min dari dosanya seperti ia dilahirkan oleh
ibunya.”
• Malam ke-2: “Diampuni baginya dan kedua orangtuanya jika keduanya beriman.”
• Malam ke-3: “Malaikat berseru kepada makhluk yang berada di bawah Arsy:
“Mulailah kalian beramal, Allah akan menganpuni dosa-dosamu yang terdahulu.”
• Malam ke-4: “Baginya dari bagian pahala seperti membaca kitab Taurat, Injil,
Zabur dan al-Qur’an.”
• Malam ke-5: “Allah berikan pahala seperti orang yang shalat di Masjid al-Haram,
Masjid Madinah dan Masjid al-Aqsha.”
• Malam ke-6: “Allah berikan kepadanya pahala orang yang melakukan thawaf di
Baitul Ma’mur, dan membacakan istighfar oleh setiap bebatuan dan lumpur
kepadanya.”
• Malam ke-7: “Seakan-akan ia berjumpa dengan Nabi Musa dan dia menolongnya
dalam melawan Fir’aun dan Haman.”
• Malam ke-8: “Allah berikan kepadanya sesuatu yang Allah kepada Nabi Ibrahim.”
• Malam ke-9: “Seakan-akan dia menyembah Allah seperti ibadahnya Nabi.”
• Malam ke-10: “Allah berikan kepadanya dua kebaikan dunia dan Akhirat.”
• Malam ke-11: “Dia keluar dari dunia seperti hari pada hari dilahirkan
ibunya.”
• Malam ke-12: “Dia datang pada hari qiyamat sedangkan wajahnya laksana bulan
di malam empat belas.”
• Malam ke-13: “Dia datang di hari qiyamat dalam keadaan aman dari setiap
kejahatan.”
• Malam ke-14: “Para malaikat datang menyaksikannya bahwa dia telah melakukan
shalat Tarawih, maka Allah tidak menghisabnya di hari qiyamat.”
• Malam ke-15: “Para malaikat dan pemikul ‘Arsy bershalawat (memohonkan ampun)
untuknya.”
• Malam ke-16: “Allah catatkan baginya kebebasan selamat dari api neraka dan
kebebasan dari masuk surga.”
• Malam ke-17: “Dia diberikan pahala seperti para Nabi.”
• Malam ke-18: “Malaikat berseru: “Wahai hamba Allah sesungguhnya Allah telah
meridhoimu dan kedua orangtuamu.”
• Malam ke-19: “Allah angkat derajatnya pada surga Firdaus.”
• Malam ke-20: “Allah berikan pahala pahala orang-orang yang syahid dan para
orang shalih.”
• Malam ke-21: “Allah bangunkan baginya rumah di surga dari cahaya.”
• Malam ke-22: “Dia datang pada hari qiyamat dalam keadaan aman dari segala
keluh kesah dan duka cita.”
• Malam ke-23: “Allah bangunkan baginya sebuah kota di dalam surga.”
• Malam ke-24: “Dia akan memiliki doa mustajab.”
• Malam ke-25: “Allah angkat (jauhkan) dirinya dari adzab kubur.”
• Malam ke-26: “Allah angkat (berikan) baginya pahala 40 tahun.”
• Malam ke-27: “Dia akan lewat pada hari qiamat di atas shirath secepat kilat
yang menyambar.”
• Malam ke-28: “Allah angkat baginya 1000 derajat di surga.”
• Malam ke-29: “Allah berikan pahala 1000 haji yang diterima.”
• Malam ke-30: “Allah berfirman: “Wahai hambaKu makanlah buah-buahan Surga dan
mandilah dari air Salsabil (mata air surga) dan minumlah dari telaga Kautsar.
Aku Tuhanmu dan engkau adalah hambaKu.”
Sebagian ulama memberikan komentar hadits di atas sebagai hadits maudhu’
(hadits palsu). Syaikh al-Baiquniy mengatakan: “Kedustaan yang diada-adakan,
yang dibuat orang atas Nabi, maka itulah yang disebut maudhu’ (palsu).”
Meskipun Hadist diatas tidak terlalu kuat sanad dan matannya atau mungkin hadist di atas memang hadist palsu SUN32LEN mengharapkan Kaum muslimin di seluruh dunia tetap samangat dalam mengerjakan ibadah ramadhan karena Alloh telah melipat gandakan setiap amal perbuatan baik yang di lakukan di bulan Ramadhan ini Karena bulan Ramadhan adalah bulan seluruh umat Islam di Alam semesta ini,
Semoga bermanfaat ,wassalam.