Kenapa Nabi Ibrahim dijuluki Khalilullah (Kekasih Allah) ??
Sumber:
Syaikh Nawawi al-Bantani, Nashaih al-Ibad Maqolah ke 11
Ketika Nabi Ibrahi Khalilullah ditanya dengan pertanyaan:
"Kenapa Allah Swt menjadikan engkau sebagai kekasih-Nya (Khalilullah)?
Nabi Ibrahim menjawab:
1. Aku lebih mengutamakan perintah Allah daripada perintah selain-Nya.
(pada naskah yang lain dengan menggunakan kalimat: ''aku tidak mengutamakan perintah yang lain diatas perintah Allah Swt)
2. Aku tidak merisaukan sesuatu yang telah ditanggung Alloh Swt kepadaku.
(Yakni, tidak bersikukuh dengan sesuatu urusan yang telah ditanggung oleh Allah untukku dari rizki-Nya)
3. Aku tidak makan, baik diwaktu sore maupun pagi kecuali bersama tamu.
(Diriwiyatkan bahwasannya Nabi Ibrahim as, selalu berjalan sejauh 1 mil
atau 2 mil untuk mencari orang yang akan makan bersama Nabi Ibrahim
Alaihissalam).
Syukron wadumtum fil khoiri wal barokati wan najaah..
Wallahul muwaffiq ilaa aqwamith thariiq..
Kisah Nabi Ibrahim as Khalilullah dan Malaikat Jibril
(Sumber: Imam Ahmad Ibnu Nizar, “Nabi Sulaiman dan Burung Hudhud”, Yogyakarta: DIVA Press, Cet. I, Mei 2009, hal. 32-36)
Nabi Ibrahim adalah putra seorang penyembah dan pembuat berhala
sampai akhir hayatnya, Azar namanya. Sang putra itu sendiri tidak mampu
memberi pertolongan dan meluruskan akidah si ayah yang dicintainya.
Ironisnya, Nabi Ibrahim merupakan Bapak Tauhid melalui berbagai
eksperimen yang ditunjukkan Allah, sebagaimana beliau pernah mencincang
beberapa burung, kemudian ditanya kepada Allah bagaimana cara
menghidupkan mereka. Di lain kesempatan, secara berani beliau
menghancurkan berhala Namrudz, simbol kekuasaan rezim tiran; penyebab ia
dibakar dalam gejolak api, sehingga Jibril as menyempatkan diri untuk
berusaha menolongnya, namun apa jawab beliau, “Dia telah mengetahui
kesemuanya, Anda tidak perlu bersusah payah menolongku!”
Pernah pula, suatu saat ia diperintahkan Allah, “Islamlah kau wahai
Ibrahim.” Lalu, dengan spontan beliau menjawab, “Aku serahkan sepenuhnya
diri ini dalam kekuasaan Rabbil ‘alamin.”
Dia adalah figur yang pernah diperlihatkan kepadanya kebesaran
kerajaan langit dan bumi, sehingga mengetahui apa-apa yang terkandung
dalam keduanya secara hakiki. Ia dikagumi oleh seluruh pengikut agama
samawi, baik Yahudi, Nasrani, ataupun Islam sendiri, hingga nama beliau
banyak disandang oleh para penganut agama-agama ini, bahkan hingga
sekarang. Beliau pula yang telah meninggalkan amal jariah(peninggalan) yang tidak akan
terputus pahalanya sampai hari kiamat, yakni Ka’bah. Apalagi, sebagian
besar amal-amal haji juga meneladani perilaku beliau sekeluarga. Betapa
layak jika beliau mendapat gelar Khalilullah (kekasih Allah).
Pada permulaannya, gelar spektakuler itu dicurigai oleh para malaikat
sebagai predikat karbitan, sehingga mereka menanyakan sendiri kepada
Allah, “Wahai Tuhan, bagaimana mungkin Ibrahim itu mendapat gelar yang
begitu terhormat, padahal dia masih sering berkutat dengan anak, istri,
serta harta keduniaan yang kebanyakan sebagai penghalang paling besar
dalam mengabdi kepada-Mu?” begitu protes para malaikat.
“Kalian jangan memandang seseorang dari lahiriahnya saja, hendaklah
kalian meneliti hatinya. Kendati Ibrahim bergelimang dengan anak dan
istrinya, namun ia itu merupakan figur yang tidak pernah membagi
cintanya terhadap-Ku. Kalau tidak percaya, coba saja kau uji dia
baik-baik!” begitu jawab Allah.
Beliau merupakan seorang hartawan, memiliki 12.000 anjing penjaga
domba. Kita tinggal membayangkan berapa ekor domba yang harus diawasi
oleh setiap anjing. Setiap anjing itu diberi kalung emas sebagai amtsal
(perumpamaan) bahwa duniawi itu seperti barang najis yang tidak akan
layak diberikan kecuali pada mereka yang najis pula. Untuk memeriksa
kawanan dombanya itu, beliau cukup naik ke sebuah bukit seraya memandang
kawanan dombanya itu, hanya begitu cara menghitungnya.
Pada suatu hari, Jibril as pun berangkat untuk menguji kedalaman
tauhid Nabi Ibrahim dengan menyamar sebagai manusia biasa. Setelah
berjumpa, Jibril pun berkata, “Wahai Nabiyullah, milik siapakah kawanan
domba yang sangat banyak itu?”
“Itu semua milik Allah, hanya saja saat ini aku diberi mandat untuk mengurusnya,” begitu jawab Nabi Ibrahim.
Bisakah engkau bershadaqah padaku seekor saja,” selidik Jibril.
“Sebutlah nama Allah dan engkau bisa mengambil sepertiga kawanan itu,” jawab Nabi Ibrahim.
Lantas Jibril as mengatakan, “Subbuh quddus rabbuna wa rabbul malaikati war ruh (Maha Suci Allah, Tuhan kita, Tuhan para malaikat, dan Tuhan Jibril).”
Sejenak kemudian, Nabi Ibrahim menyuruh Jibril lagi, “Sebutlah sekali lagi asma Allah dan kau bisa mengambil separuhnya.”
Jibril pun menyebut asma Allah lagi dan menerima porsi sesuai yang telah dikatakan Nabi Ibrahim.
Lagi-lagi, Nabi Ibrahim berkata, “Sebutlah asma Allah sekali lagi,
dan kau bisa mengambil seluruh kawanan domba itu beserta penggembalanya
dan seluruh anjing penjaganya.”
Jibril pun menyebut asma Allah lagi. Anehnya, Nabi Ibrahim masih
berkata lagi, “Sebutlah asma Allah sekali lagi, aku dapat engkau jadikan
sebagai budakmu.”
Demi melihat sendiri keteguhan Nabi Ibrahim ini, Jibril betul-betul
terpana, sehingga Allah memanggilnya, “Wahai Jibril, bagaimana dia
menghadapi ujianmu?”
“Dia memang betul-betul kekasih-Mu, wahai Tuhan,” jawab Jibril.
Setelah semuanya berakhir, Nabi Ibrahim lantas memanggil seluruh
penggembala dombanya, lalu ia berkata, “Wahai para penggembala, pergilah
kalian dengan membawa domba-domba itu mengikuti orang ini sebagai
pemilik barunya, hari ini aku sudah tidak memiliki domba lagi, dan
kalian sendiri menjadi milik orang ini.”
Terperanjatlah Jibril mendengarnya. Maka, segera saja dia berujar,
“Wahai Nabiyullah, saya tidak membutuhkan semua itu, kedatanganku hanya
untuk mengujimu, untuk mengetahui sebatas mana ketinggian martabatmu di
sisi Allah. Aku sendiri adalah Jibril.”
“Aku sebagai khalilullah pantang mengambil kembali apa yang telah aku berikan pada orang lain,” begitu tegas Nabi Ibrahim.
Dijawab demikian, Jibril menjadi kebingungan, sehingga Allah
menengahi persoalan itu dengan jalan agar domba-domba itu dijual saja
seluruhnya kemudian dibelikan tanah sebagai wakaf yang ditanami berbagai
jenis buah-buahan dan bahan makanan yang dapat dipetik siapa saja yang
membutuhkan sampai hari kiamat.
Wallahul aA'lambishowab...