Point pertama yang disampaikan Maulana Habib Luthfi soal niat, Habib menyampaikan “berangkat ke Mekah niat menunaikan rukun Islam yang ke 5, niat ziarah kepada Rasul Saw, jangan ada embel-embel agar dipanggil haji”. Ini syarat utama mendapatkan haji mabrur. Selain itu selama di tanah suci: Mekah-Madinah, paling penting menjaga adab, 'akuisme'; titel, label Kiai, Habib, kaya, kepintaran ditanggalkan. Atribut dan label-label jangan dibawah.
Maulana Habib Luthfi mengingatkan bahwa Ka'bah itu bukan rumah Allah. Karena Allah tidak menempat. Baitullah itu adalah syathrah ; penanda. Penanda arah kita shalat, yang menyatukan. Ka'bah akan dijadikan saksi dihadapan Allah swt, Anda shalat atau tdk. Jadi nanti tidak bisa mengaku-ngaku tidak pernah tinggal shalat, kalau memang tidak pernah shalat. Menunaikan Haji ke Baitullah berarti kita datang sebagai hamba, عبد. Abed itu pangkat tertinggi manusia dihadapan Allah swt. Sebab kata abed ini mengumpulkan sifat paling mulia manusia dan insaniah manusia.
Insaniah manusia ada dalam kata abed. Insan itu nama lain manusia untuk menekankan aspek ruhiah, spiritual & aspek-aspek non indrawi lainnya. Sedangkan basyar aspek fisik. Karena datang ke tanah suci sebagai abed, maka segala atribut, titel, pangkat, jabatan ditanggalkan dihadapan Allah Swt. Kita datang sbg abed, hamba yang faqir, sangat butuh rahmat Allah swt. Nabi berdoa agar selalu ditempatkan bersama golongan ini. Nabi berdoa; "Ya Allah hidupkanlah kami dalam keadaan miskin & wafatkanlah kami bersama orang miskin; senantiasa faqir atas rahmat Allah."
Menurut Maulana Habib Luthfi, Bumi di tanah suci Mekah-Madinah mempunyai keistimewaan 'weruh sajeroning winara'. Seperti tahu niat yang berpijak diatasnya. Oleh karena itu penting sekali menjaga niat dan akhlak. Dengan baiknya akhlak kekurangan kita selama di tanah suci akan tertutup. Kalau ada yang berperilaku buruk, jangan buruk sangka. Anggap saja orang itu ngajari agar kita tidak melakukan perilaku yang sama.
Sepanjang perjalanan, di mobil di pesawat banyak baca surat al-Quraish dan shalawat, terus dibaca sebanyak mungkin bergantian. Kalau ada sesuatu doakan & bertawasul kepada guru-guru Anda; baik yang sudah wafat maupun yang masih hidup. Sebab mereka hidup & diberi rizki disisi Tuhannya (Qs. Ali Imran:169). Keluar rumah hendak berangkat, niat tawakal jangan hanya untuk diri sendiri tapi juga untuk keluarga yang ditinggalkan. Tawakal untuk anak-anak yang dirumah, di tawakal di jalan, tawakal atas harta benda dll.
Dan Insya Allah menjaga dan mencukupi. Dan tawakal itu syaratnya ada dua; pertama yakin kepada Allah dan kedua usaha yang maksimal. Ditanah suci utamakan berdoa hal-hal bersifat akhirat; seperti dikuatkan Iman-Islam, diterima amal, diberi rizki yang halal, ilmu yg manfaat. Banyak meminta hal-hal ukhrawi harta dunia juga akan diberi. Dan jangan lupa doakan anak-cucu. Doakan mereka bener; saleh. Sebab kalau bener insya Allah pinter. Berdoa kepada Allah jangan tanggung-tanggung, minta yang banyak. Allah Maha Kaya "senang" banyak diminta.
Terakhir sebelum ditutup dengan do’a, Maulana Habib meminta jamaah yang akan berangkat mengeluarkan sedekah. Setelah dikumpulkan, terukumpul uang sejumlah Rp. 2.400.000. Kemudian Maulana Habib Luthfi mengatakan; “Niatkan uang itu sedekah bersama, belikan beras dan berikan kepada tetangga, saudara yang membutuhkan dan kepada anak-anak yatim”. Dalam kesempatan yang berbeda Maulana Habib Luthfi mengatakan: “Jangan sampai berangkat haji tetangga kelaparan”.
Insya Allah menjadi haji yang mabrur. selamat di perjalanan, dan kembali ke tanah air berkumpul bersama keluarga. amin...