Muhammad Rahman
Dalam Surat Al Qalam dikisahkan tentang seorang pemilik kebun yang
bersumpah akan memanen hasilnya di pagi hari, tetapi tidak mengucapkan :
“Insya Allah”. Ketika malam tiba, kebun yang luas tersebut diliputi
malapetaka oleh Tuhan tatkala sang pemilik sedang tidur pulas di dalam
rumahnya.
Kebun yang digambarkan sedang mencapai puncak hasil untuk dipanen,
dalam sekejab berubah total menjadi hamparan hitam (karena hangus) bagai
malam yang gelap gulita.
Sang pemilik kebun yang kemudian bangun di pagi harinya dan kemudian
pergi ke ladangnya untuk memetik hasil panenan, sesekali berjalan sambil
bercengkerama dan bisik-bisik kesenangan. Pembicaraan mereka sampai
pada suatu ucapan: “Pada hari ini janganlah ada seorang miskin pun yang
masuk ke dalam kebunmu”.
Pemilik kebun yang bangun pagi-pagi dan berniat menghalangi
orang-orang miskin untuk masuk kebun padahal pemilik kebun itu mampu
untuk menolong orang-orang miskin tetapi tidak dilakukan. Suatu ketika
sang pemilik kebun terperanjat, tatkala mereka melihat keadaan kebun itu
sudah musnah dan sambil menggerutu mereka berkata: “Sesungguhnya kita
benar-benar orang-orang yang sesat (jalan)”. Mereka itulah orang-orang
yang terhalangi untuk memperoleh hasilnya karena congkak.
Tetapi di antara pemilik kebun yang siap panen itu ada yang berkata
dengan hati bersih: “Bukankah aku telah mengatakan kepada mu, hendaklah
kamu bertasbih (kepada Tuhanmu)?”.
Mereka lalu mengucapkan,: “Maha Suci Tuhan kami sesungguhnya kami adalah orang-orang yang lalim”.
Lalu sebagian mereka menghadapi sebagian yang lain seraya cela
mencela. Mereka berkata:”Aduhai celaka kita, sesungguhnya kita ini
adalah orang-orang yang melampaui batas.”
Para pemilik kebun yang akan memanen kebun tersebut kemudian tersadar
kembali, dan terpulang hatinya untuk dikembalikan kepada Yang Maha
Pencipta. Mereka berharap, mudah-mudahan Tuhan memberikan ganti kepada
kita dengan (kebun) yang lebih baik daripada itu: sesungguhnya kita
mengharapkan ampunan dari Tuhan.
Kisah tersebut, memberikan gambaran gamblang kepada kita tentang
bagaimana cepatnya, jika Tuhan menghendaki segala sesuatunya terjadi
pada diri kita atau sekeliling kita yang berkaitan dengan nasib hidup di
dunia. Dan tentu akan terjadi begitu saja dengan sangat cepat..
Kecongkakan akan keberhasilan , sebagaimana diperlihatkan oleh seorang
petani akhirnya hanya menemui hasil yang hampa belaka alias hanya
menemukan hamparan fatamorgana saja. Itu sama halnya dengan kita yang
hendak meniti karir dan optimis ingin menuai prestasi karena
membanggakan dengan kemampuan diri sendiri secara berlebihan tanpa
memperhitungkan kemampuan pihak lain, akhirnya hanya dihampiri rasa
kecewa.
Manusia setelah menemui kegagalan jika tersadar kembali dengan segera
meminta perlindungan dari Yang Maha Pencipta, tetapi jika tetap
membusungkan dada untuk menyombongkan diri , situasinya akan dapat
membalikkan rasa optimis menjadi sebuah bencana dan malapetaka yang
dahsyat. Kemurkaan dalam mengobral janji-janji dan ambisi yang melampaui
batas, dengan mengabaikan peran orang lain yang selama ini telah turut
membantunya mencapai sukses hanya akan membuatnya menemui kehampaan
belaka.
Sesungguhnya mereka yang pantas mendapatkan balasan imbalan
perlakukan yang baik dan santun, dan mereka selalu mengatakan dengan
kata-kata :”Insya Allah engkau akan berhasil. Tetapi engkau tidak
membalas dengan perlakuan baik, niscaya kita akan kembali kepada diri
ketika sendiri. tersadar untuk bertaubat atau bahkan kita terperosok
menjadi sesat.
Ada dua pilihan yang harus diambil, segera bertaubat atau tidak.
Jika kita mengambil untuk bertaubat, tentu ada hikmah-hikmah yang
kita peroleh nantinya. Sedang jika kita tidak merasakan tersadar dan
menjadi sesat, maka kesesatannya yang akan kita temui di hari kemudian.
Simaklah ayat-ayat lain dalam Surat Al-Qalam ini:
“Maka janganlah kamu ikuti orang-orang yang mendustakan (ayat-ayat Allah)”
“Dan janganlah kamu ikuti setiap orang yang bahkan bersumpah lagi hina”
“yang banyak mencela, yang kian kemari menghambur fitnah”
“yang sangat enggan berbuat baik, yang melampaui batas lagi banyak dosa”
“Yang kaku kasar, selain dari itu, yang terkenal kejahatannya, karena dia mempunyai (banyak) harta dan anak”
“Apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami, ia berkata: “(Ini adalah) dongengan-dongengan orang-orang dahulu kala”.
Jangan sekali-kali berlaku sombong, kendati di negeri ini sudah
terjangkit “wabah” obral janji. Kita harus tetap bertaqarub kepada
Allah.