Posted by SUN32LEN on Monday, October 19, 2015
Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Segeralah
beramal sebelum datang enam perkara: Dajjal, Dukhan, Daabbah, terbitnya
matahari dari tempat tenggelamnya, perkara masyarakat umum, dan perkara
pribadi salah seorang di antara kalian.”
Penjelasan
Hadits ini mengajarkan salah satu rambu-rambu yang penting dalam
kajian tanda-tanda kiamat. Yaitu kewajiban mempersiapkan diri untuk
menghadapi kiamat degnan iman dan amal shalih, sebelum kiamat datang
secara tiba-tiba, agar tidak mengalami penyesalan yang tiada guna lagi.
Hal ini diajarkan oleh banyak hadits yang diawali dengan kalimat
‘bersegeralah!’. Bahkan hal ini merupakan tujuan pokok penyebutan
tanda-tanda kiamat. Hadits di atas mengisyaratkan bahwa perkara-perkara
besar tersebut terjadi secara tiba-tiba tanpa didahului oleh
pertanda-pertanda yang jelas. Hal itu menuntut setiap muslim untuk
senantiasa bersiaga, sehingga tidak dikejutkan olehnya. Perintah
‘bersegera’ dalam hadits di atas merupakan perintah untuk cepat-cepat
bertaubat dan anjuran untuk beramal shalih, sebelum mengalami
halangan-halangan dan keadaan-keadaan yang menyulitkannya untuk beramal.
Orang yang mengkaji keadaan generasi shahabat akan mendapati mereka
begitu meresapi pelajaran ini. Mereka selalu menyiapkan diri dan mencari
tahu di setiap waktu, karena khawatir akan dikejutkan oleh
peristiwa-peristiwa yang besar di atas.
Dari Nadhr berkata: “Suatu ketika pada masa Anas bin Malik terjadi
kabut gelap, maka aku mendatangi Anas dan bertanya kepadanya: “Wahai Abu
Hamzah, apakah hal seperti ini pernah menimpa kalian pada zaman
Rasulullah SAW?” Dia menjawab, “Kami berlindung kepada Allah! Dahulu
jika bertiup angin kencang, kami bersegera ke masjid karena khawatir
kiamat telah terjadi.”
Riwayat ini secara tegas menunjukkan tingkat pembinaan keimanan dan
kesiapan jiwa yang selalu waspada menghadapi kiamat atau
pertanda-pertanda besar kiamat pada generasi shahabat. Bahkan hadits
pertama dari Huzaifah bin Asid menunjukkan kekawatiran dan kewaspadaan
tersebut telah mencapai puncaknya, sampai-sampai Rasulullah SAW perlu
menerangkan mereka bahwa kiamat tidak akan terjadi sebelum kemunculan
sepuluh pertanda tersebut. Jika para shahabat yang masih jauh dari
kiamat saja begini keadaan mereka, bagaimana lagi dengan (seharusnya)
sikap kita yang semakin dekat dengan kiamat atau tanda-tanda terbesar
permulaannya?
Hadits di atas menyebutkan lafal ‘enam’. Hal itu mengisyaratkan bahwa
enam perkara tersebut merupakan bencana-bencana yang sangat besar.
Hadits di atas memuat empat pertanda terbesar kiamat, yaitu Dajjal,
Dukhan, Daabah, dan terbitnya matahari dari tempat tenggelamnya.
Hadits-hadits yang lain menerangkan bahwa jika salah satu dari keempat
hal tersebut telah terjadi, maka taubat atau keimanan seseorang yang
sebelumnya tidak beriman tidak memberi manfaat sedikit pun. Perintah
segera beriman dan beramal shalih menunjukkan bahwa keempat hal tersebut
sudah dekat, dan sekaligus mengingatkan bahwa ia terjadi saat manusia
sedang lalai.
Maksud dari ‘perkara masyarakat umum’ adalah terjadinya kiamat itu
sendiri. Adapun maksud dari ‘perkara pribadi salah seorang di antara
kalian adalah kematiannya. Barangsiapa mati, maka kiamat telah terjadi
pada dirinya.