• About
  • Privacy Policy
  • Disclaimer
  • Forum
  • Sitemap

SUN32LEN

Hidup Adalah Belajar dan Berkarya


  • DROPDOWN MENU
  • Do'a
  • Islam
  • Labels
    • Bisnis Online
    • Artikel Internet
    • Seo
    • Template
    • Quiver
  • Biografi Ulama'
  • Artikel Islam
    • Aqidah
    • Fiqih
    • Ibadah
Home » Artikel Islam » Biografi Ulama' » ngaji online » Tokoh : Imam Al-Hafizh Jalaluddin Abdurrahman As-Suyuti

Tokoh : Imam Al-Hafizh Jalaluddin Abdurrahman As-Suyuti

Posted by SUN32LEN on Wednesday, January 13, 2016
Label: Artikel Islam, Label: Biografi Ulama', Label: ngaji online

    heart02.gif

    MENGENAL IMAM AL-HAFIZH JALALUDDIN ABDURRAHMAN AS-SUYUTI

    Nama, Garis keturunan, dan nisbat yang dimilikinya:
    Imam Jalaluddin As-Suyuti adalah seorang penulis berkebangsaan Mesir, ulama sekaligus pakar hukum dan guru di bidang teologi Islam.As-Sayuthi nama lengkapnya adalah Al-Hafizh Abdurrahman ibnu Al- Kamal Abi Bakr bin Muhammad bin Sabiq ad-Din Ibn Al-Fakhr Utsman bin Nazhir ad-Din al-Hamam al-Khudairi al-Sayuthi. Penulis Mu’jam al-Mallifin menambahkan: Athaluni al-Mishri Asy-Syafi’i, dan diberi gelar Jalaluddin, serta di panggil dengan nama abdul Fadhal Atau Abu Al-Fadl Abdurrahman bin Abu Bakar Jalaluddin As- Suyuti.

      Kata As-Suyuti yang tersemat dalam namanya merujuk pada sebuah kota di pinggriran Mesir bernama Asyut, yang merupakan tempat kelahiran sang ayah dan tempat di mana sang kakek mendirikan sebuah sekolah.Imam As-Suyuti lahir di bulan Rajab 849 Hijriyah atau bertepatan dengan tahun 1445 Masehi di Kairo, Mesir. Ayahnya, Al-Kamaal, merupakan seorang ahli fikih dari mazhab Syafi'i.Sementara kedua kakeknya dikenal sebagai pemimpin dan pemuka yang amat disegani di daerah tempat tinggalnya, sebagaimana diungkapkan As-Suyuti dalam kitab Husnul Muhadarah.Ia dibesarkan sebagai seorang yatim piatu setelah ayahnya meninggal saat usianya baru menginjak lima tahun. Sepeninggal ayahnya, ia diasuh oleh Al-Kamaal Ibn Al-Hamam, seorang ahli hukum dari mazhab Hanafi sekaligus orang yang dipercaya oleh almarhum ayahnya untuk mengasuh dan mendidik As-Suyuti.
    Ia berasal dari keturunan non arab, yang dalam hal ini asy-sayuthi sendiri pernah mengatakan:”Ada seorang yang bisa saya percaya pernah menuturkan kepada saya, bahwa dia pernah mendengar ayah saya mengatakan bahwa kakek buyut ayah adalah orang non arab dari timur. Ia menghubungkan garis keturunannya demikian: ”Kakek buyut saya adalah Damam ad-Din, seorang ahli hakikat dan guru tarekat. Darinya lahir tokoh-tokoh dan pemimpin, antara lain ada diantara mereka yang menjadi kepala pemerintahan di daerahnya, ada pula yang menjadi Hakim Perdata, dan ada pula yang menjadi pedagang. Namun tidak ada seorangpun diantara mereka yang saya ketahui menekuni ilmu secara sungguh-sungguh kecuali ayah saya.
    Kelahiran dan pertumbuhannya:
    As-sayuthi dilahirkan di wilayah Asyuth sesudah magrib pada malam ahad, bulan Rajab 849 H, begitulah ia mengatakannya sendiri, dan para sejarawan sepakat tentang tahun kelahiran ini, kecuali ibnu Iyas dan Ismail Pasha al-Bagdadi yang menganggap bahwa kelahiran as-Sayuthi adalah pada bulan Jumadil akhir. Ia dibesarkan dalam keadaan yatim piatu. Ayahnya meninggal dunia pada malam senin, 5 Safar 855 H, pada saat ia masih berusia 5 tahun.

    Perjalanan dan masa menuntut ilmu:


    Pada usia yang amat sangat muda yaitu Ketika menginjak usia delapan tahun, Al-Suyuti berhasil menghafal seluruh isi Alquran. Tak hanya menghafal Alquran, sejumlah kitab-kitab fikih juga berhasil ia hafal, di antaranya Al-Umdah, Minhaaj Al-Fiqh wal Ushul, dan Alfiyyah Ibn Malik..
    Selanjutnya ia menekuni berbagai bidang ilmu dan saat itu usianya baru menginjak usia 16 tahun, yakni pada tahun 864 H. Ia mempelajari Fiqh dan Nahwu dari beberapa guru, dan mengambil ilmu Faraid dari ulama di jamannya yakni Syeikh Syihab ad-Din asy-Syarmasahi, lalu menimba ilmu Fiqh kepada syeikhul Islam Al-Balqini sampai yang disebut terakhir ini wafat, dan dilanjutkan oleh putranya ‘Ilmuddin Al-Balqini. Ia kemudian berguru kepda Al-Ustadz Muhyiddin Al-Kafayaji selama 14 tahun. Dari ulama ini ia menyerap ilmu Tafsir dan Ushul, bahasa dan ma’ani, lalu menyusun buku-buku ringkas tentang ilmu-ilmu ini.

     Hujjatul Islam: Imam Jalaluddin As-Suyuti, Sang Pencinta Ilmu

    Ia banyak melakukan perjalanan untuk menuntut ilmu, antara lain ke kota Al-Fayun, Al-Mihlah, Dimyat, lalu menuju Syam dan Hijaj, dan seterusnya ke Yaman, India dan al-Maghrib (Maroko).
    As-Sayuthi kemudian dikenal dengan orang yang begitu dalam ilmunya, dalam tujuh disiplin ilmu : Tafsir Hadist, Fiqh , Nahwu, Ma’ani, Bayan dan Badi’, melalui para ahli bahasa dan Balaqhah.
    Pada tahun 864 H, saat usianya 15 tahun, dia mulai secara intens mempelajari berbagai macam pengetahuan agama. Ia mempelajari fikih dan pengetahuan tentang tata bahasa Arab dari beberapa guru yang berbeda. Ia juga belajar hukum waris kepada para ulama besar, salah satu di antaranya adalah Syekh Shihabuddin Al-Shaar Masaahi.Sementara ilmu fikih, ia pelajari dari Syekh Al-Islam Sirajuddin Al-Balqini. Ia berguru kepada Al-Balqini hingga sang guru tutup usia pada 878 H. Sepeninggal Syekh Al-Balqini, Suyuti melanjutkan belajar ilmu fikih dan tafsir kepada Syekh Sharafuddin Al-Manawi. Gurunya ini adalah seorang cendekiawan yang menulis kitab Faidul Qadir, yang merupakan penjelasan tentang kitab As-Suyuti, Al-Jaami'us Shagir.Ilmu-ilmu hadits dan bahasa Arab juga ia pelajari di bawah bimbingan Taqi'uddin Al-Shumni Al-Hanafi. Ia juga mempelajari tafsir, usul fikih, dan ma'ani dengan cara hadir dalam pertemuan yang digagas oleh seorang ulama besar, Al-Kafiji. Hal tersebut, ia jalani hampir empat belas tahun lamanya. Dari Al-Kafiji kemudian ia memperoleh ijazah dalam bidang keagamaan. Ia juga rajin mengikuti kelas kajian tafsir dan balaghah yang diselenggarakan oleh Saifuddin Al-Hanafi. Dari para ulama dan cendekiawan yang menjadi gurunya, Al-Suyuti memperoleh ijazah dalam setiap bidang ilmu yang dipelajarinya.Karenanya tak mengherankan jika ijazah yang dimilikinya mencapai 150 buah sesuai dengan jumlah gurunya. Mengenai jumlah gurunya ini, telah ia ungkapkan dalam kitabnya, Husnul Muhadarah.''Adapun guru-guru yang pernah aku ikuti pengajarannya dan memberi saya ijazah dalam bidang keagamaan, banyak sekali jumlahnya. Tetapi aku telah mengumpulkan nama-nama mereka, dan menghitung mereka hingga mencapai nomor 150,'' ungkapnya.

    Makam Imam Jalaluddin As-Suyuti

     Pribadi sederhanaKarena kecintaannya terhadap ilmu pengetahuan, khususnya di bidang agama, As-Suyuti mendapat julukan Ibnul Kutub (anaknya para buku). Orang-orang yang pernah dekat dengan As-Suyuti semasa hidupnya mengenal sosok ulama Mesir yang satu ini sebagai pribadi yang sederhana, baik hati, saleh, takut kepada Allah, puas dengan rezeki yang telah ia terima dari profesinya sebagai guru.Mengenai sifatnya yang terakhir ini, banyak di antara para penguasa dan orang-orang kaya yang hidup di zamannya yang kerap menawarkan jabatan tinggi dan kehidupan mewah kepadanya. Namun, semua itu ia tolak dengan halus.Selain menuntut ilmu, As-Suyuti juga menghabiskan sebagian besar hidupnya dengan melakukan perjalanan ke sejumlah tempat, di antaranya ke Syam, Hijaz, Yaman, India dan Maroko. Namun saat menginjak usia lanjut, ia lebih memilih untuk tinggal dan menetap di tanah kelahirannya, Mesir.

    Dan sejak saat itu memilih untuk menarik diri dari khalayak ramai serta lebih banyak berdiam diri di dalam rumahnya dan menyibukkan diri dengan aktivitas menulis dan penelitian. Hal ini dilakukannya hingga ia jatuh sakit selama tujuh hari, yang berakhir dengan kematiannya pada bulan Jumadil Ula tahun 911 H, atau bertepatan dengan tahun 1505 M.Kehidupan sehari-hari As-Suyuti tidak pernah jauh dari ilmu-ilmu yang pernah dipelajarinya. Karenanya masa hidupnya ia habiskan di bidang pendidikan. Ia sudah menjadi seorang guru di usianya yang terbilang masih belia, yakni 17 tahun. Ia juga tercatat pernah menduduki berbagai jabatan penting yang berkaitan erat dengan bidang pendidikan. Di antaranya ia pernah menjadi guru bahasa Arab pada tahun 866 H/1462 M, berwenang untuk memberikan fatwa di tahun 876 H/1472 M dan mengajar hadits di Universitas Ibn Tulun.
    Kegiatannya menuntut ilmu:
    Di dalam usahanya menuntut ilmu as-Sayuthi telah mendatangi syeikh Safuddin Al-Hanafi dan berulangkali mengkaji kitab Al-Mukasyaf dan At-Taudhih. Ia pernah pula dikirim orang tuanya mengikuti majelis yang diselenggarakan oleh al-Hafidz ibnu Hajar, dan mengkaji shahih Muslim sampai hampir tamat. Kepada ash-Shyairafi di samping kita-kitab lain seperti As Syifa’, Al-Fiyah ibnu Malik, Syarh-Asyudur, al Mughni – sebuah kitab Ushul Fiqh Mazhab Hanafiyah dan syarhnya pada Syams al- Marzabani al-Hanafi, dan mendengarkan pengajian kitab al-Mutawassith serta as-Safiyah berikut syarhnya yang ditulis oleh al-Jarudi yang disampaikan oleh ulama ini. Selain itu, juga mempelajari Alfiah karya al-‘Iraqi, dan menghadiri pengajian ilmiah yang diberikan al-Balqini. Dari ulama yang disebut terakhir itu, as-Sayuthi menyerap ilmu yang tidak terhingga jumlahnya. Sesudah itu ia tinggal bersama asy-Syaraf al-Manawi, hingga ulama ini meningggal dunia. Dari ulama ini as-Sayuthi menimba ilmu yang tidak terbilang juga banyaknya. Lalu secara tetap pula mengikuti pengajian yang diberikan oleh Saifudin muhammad bin muhammad al-Hanafi, serta pengajian-pengajian yang diberikan oleh al-‘alamah asy-Syamani dan al-Kafiji.
    Kendatipun demikian, ia tetap mengatakan bahwa ia tidak banyak mempelajari ilmu-ilmu riwayat, melebihi perhatiannya terhadap masalah yang dianggapnya paling penting dalam disiplin ilmu ini, yakni ilmu dirayah hadits.
    Guru, murid dan sejawatnya:
    as-Sayuthi mengakui sekitar seratus lima puluhan orang ulama sebagai gurunya, dan yang menonjol diantaranya adalah:
    • Ahmad zas-Syarmasahi
    • ‘Umar al-Balqini
    • Shalih bin Umar bin Ruslan al-Balqini
    • Muhyidin al-Kafiji
    • Al-Qadhi syarafudin al-Manawi
    Sementara itu beribu-ribu orang telah pula berguru kepada dirinya, dan diantara mereka yang paling menonjol antara lain:
    • Syamsudin asy-sakhawi.
    • ‘Ali al-Asymuni.
    Akidahnya:
    Dari karangan-karangan yang membela para sahabat dan tetap berpijak pada sunnah, maka tampaklah bahwa mazhab yang dipilihnya adalah mazhab ahlus sunnah. Tidak ada hal lain yang dapat diketahui tentang dirinya dalam persoalan ini, selain kecendrungannya kepada tasawuf yang telah dirintis oleh kakek buyutnya Hamam.
    Kendatipun demikian, ilmunya yang demikian mendalam tentang Al-Qurn dan sunnah, telah mampu membentengi dirinya dari penyimpangan-penyimpangan yang banyak dialami oleh para pengikut aliran sufi, yang jauh menyimpang dari Al-Quran dan Sunnah.
    Pengaruh intelektualitasnya:
    Begitu usianya menginjak 40 tahun, ia segera mengasingkan diri dari keramaian, dan menunjukkan perhatian dalam bidang karang-mengarang, sehingga hanya dalam waktu 22 tahun saja ia telah membanjiri perpustakaan-perpustakaan Islam dengan karya-karyanya dalam berbagai bidang, ilmu dalam jumlah sekitar 600 judul, semisal tafsir dan ilmu tafsir, Hadits dan ilmu Hadits, Fiqh dan Ushul Fiqh, bahasa Arab dengan berbagai cabang ilmunya, sirah Nabawiyah, dan Tarikh.
    Penullis hidayah al-A’rifin mengemukakan sejumlah besar karangan yang telah ditulis oleh asy-Sayuthi yang jumlahnya mendekati apa yang kami sebutkan itu, yang diakui kebenarannya oleh yang bersangkutan.
    Cukuplah sekiranya di sini bisa kami sebutkan saja beberapa diantara karya-karyanya yang paling menonjol dalam ilmu Hadits lantaran kaitannya yang demikian erat dengan topik kajian kita sekarang ini.
    Pertama: tentang Hadits
    • Zahr ar-Rabbiy “Ala Mujtaba Li an-Nasa’i
    • Al-Hawalik ‘Ala Muwaththa’ Malik.
    • Marqat ash-Shu’ud Syarkh Sunan Abi Dawud.
    • Jam’u aljawami’ Aw al-jami’ al-Kabir.
    • al-Jami’ ash-Shaghir wa Dzailuh.
    Kedua: Dalam ilmu Hadits.
    • Tadrib ar-Rawi bi syarkh Tawqrib an-Nawawi.
    • Al al-fiyah fi al-Hadits.
    • As’af al-mabtha’ bi Rijal al-Muhtha’.
    • Durr as-sahabah Fi Man Nazal al-Nishir Min al shahabah.
    • Natsr al-“Abir fi Takhrij Ahadits asy-syarkh al-Kabir
    Wafatnya:
    Hidup syaikh as-syayuthi sarat dengan kegiatan menghimpun ilmu dan mengarang. Untuk itu ia mengeram dirinya di rumah dalam kamar khusus yang di sebut Raudhah al-Miqyas dan hampir-hampir tidak beranjak dari situ. Ia terus menerus terlibat dalam hal ini hingga akhir hayatnya sesudah menderita sakit dan kelumpuhan total pada tangan kirinya selama seminggu. Nampaknya karena sakit yang di derita inilah ia lalu meninggal dunia pada hari kamis, 19 Jumadil Ula 911 H di tempat kediamannya, lalu dimakamkan di Hausy Qousun.
    Dikutip dari: Proses lahirnya sebuah Hadits karya: Al-Hafizh Jalaluddin as-Sayuthi, hal:41-45. Penerbit: PUSTAKA, Bandung, 1406 H – 1985 M. Salafyoon-online








0 Response to "Tokoh : Imam Al-Hafizh Jalaluddin Abdurrahman As-Suyuti"

Terima kasih atas komentar,kritik & saran Anda

← Newer Post Older Post → Home
Subscribe to: Post Comments (Atom)

Translate

Subscribe SUN32LEN ON YOU TUBE

#Trending POST

  • How to Easily and Quickly Improve Page Rank and Alexa Backlinks
    How to Easily and Quickly Improve Page Rank and Alexa Backlinks The way it is actually, I have often read blog on blogspot my fr...
  • 4 Hal Yang Wajib di Pelajari Sebelum Ramadhan
    Menyambut Ramadhan, bulan suci, bulan penuh kebaikan bukan hanya dengan suka cita. Persiapan fis...
  • Manfaat Shalat Bagi Kesehatan Tubuh
     Manfaat Shalat Bagi Kesehatan Salat (bahasa Arab: ุตู„ุงุฉ ; transliterasi: Sholat ) merujuk kepada ritual ibadah pemeluk agama Islam. M...
  • Hikayat Hikmah Cerita Tangisan Istri ke 4
    ๐Ÿ’ LELAKI HARUSLAH BERISTRI EMPAT ๐Ÿ’ ๐Ÿ’œIstri ke 1:  Biasa                         biasa saja,                        biasanya        ...
  • Tata Cara dan Seni Bercinta Islami ala Kitab Qurrotul uyun
     warning :KITAB KAMA SUTRA Versi ISLAM dilarang di pratekkan bila masih single ,hanya boleh di baca dan untuk pengetahuan  Dalam te...

Blog Archive

Loading...

Loading...

Loading...

Loading...
Copyright 2011-2024 SUN32LEN. All Rights Reserved. Template by sun32len. Original Theme by Mas Sugeng. Powered by Blogger