وَحكَى
الْيَافِعِيُّ أَنَّهُ كَانَ فِي الرَّيِّ قاضٍ غَنِيٍّ، فَجَاءَهُ
فَقِيْرٌ يَوْمَ عَاشُوْرَاءَ فَقَالَ لَهُ: أَعَزَّ اللهُ الْقَاضِيَ
أَنَا رَجُلٌ فَقِيْرٌ ذُوْ عِيَالٍ، وَقَدْ جِئْتُكَ مُسْتَشْفِعًا
بِحُرْمَةِ هَذَا الْيَوْمِ لِتُعْطِيَنِيْ عَشْرَةَ أَمْنَانِ خُبْزٍ
وَخَمْسَةَ أَمْنَانِ لَحْمٍ، وَدِرْهَمَيْنِ، فَوَعَدَهُ الْقَاضِيْ
بِذَلِكَ إِلَى وَقْتِ الظُّهْرِ،
Imam Yafi’i menceritakan:
Bahwasanya
di kota Array (kota kuna terletak di Iran Utara) terdapat Qadhi yang
kaya-raya. Suatu hari kebetulan hari Asyura’ datanglah seorang faqir.
Berkatalah si miskin tadi, “Semoga Allah memulyakan tuan Qadhi,
Wahai
tuan Qadhi, adalah saya seorang faqir yang mempunyai tanggungan
keluarga. Demi kemuliaan hari ini, saya meminta pertolongan dari tuan
agar tuan memberi saya sepuluh keping roti, lima potong daging dan uang
dua dirham.”
Sang Qadhi menjanjikan akan memberinya pada waktu Zhuhur
فَرَجَعَ فَوَعَدَهُ إِلَى الْعَصْرِ، فَلَمَّا جَاءَ وَقْتُ الْعَصْرِ لَمْ يُعْطِهِ شَيْئًا،
Orang
faqir itu pun kembali pada waktu Zhuhur kepada sang Qadhi, tapi sang
Qadhi menjanjikannya sampai waktu Ashar. Dan ketika datang waktu Ashar,
sang Qadhi tidak memberikan apa-apa
فَذَهَبَ الْفَقِيْرُ مُنْكَسِرَ الْقَلْبِ،
Maka pergilah si faqir dengan patah hati
فَمَرَّ بِنَصْرَانِيٍّ جَالِسٍ بَابَ دَارِهِ فَقَالَ لَه: بِحَقِّ هَذَا الْيَوْمِ أَعْطِنِيْ شَيْئًا
Maka
si faqir melewati seorang nashrani yang sedang duduk-duduk di hadapan
pintu rumahnya. Berkatalah si faqir kepada si nashrani: “ Demi
keagungan ini hari, berilah saya sesuatu.”
فَقَال النَّصْرَانِيُّ: وَمَا هَذَا الْيَوْمُ؟
Si Nashrani bertanya, “Hari apakah hari ini?”
فَذَكَرَ لَهُ الْفَقِيْرُ مِنْ صِفَاتِهِ شَيْئًا،
Maka si faqirpun menerangkan sebagian keutamaan-keutamaan hari Asyura’.
فَقَالَ لَهُ النَّصْرَانِيُّ: اُذْكُرْ حَاجَتَكَ فَقَدْ أَقْسَمْتَ بِعَظِيْمِ الْحُرْمَةِ،
Berkata si Nashrani , “Katakan apa hajatmu, karena engkau telah bersumpah dengan agungnya kemuliaan hari Asyura
فَذَكَرَ لَهُ الْخُبْزَ وَاللَّحْمَ وَالدِّرْهَمَيْنِ،
Maka si faqir menuturkan kepada si nashrani (kebutuhannya, yaitu) sepuluh keping roti, lima potong daging dan uang dua dirham
فَأَعْطَاهُ
عَشْرَةَ أَقْفِزَةِ حِنْطَةٍ وَمِائَةً مِنْ لَحْمٍ وَعِشْرِيْنَ
دِرْهَمًا وَقَالَ: هَذَا لَكَ وَلِعِيَالِكَ مَا دُمْتُ حَيًّا فِيْ
كُلِّ شَهْرٍ، كَرَامَةً لِهَذَا الْيَوْمِ،
Maka si nashranipun
memberi si faqir sepuluh qafizah (nama takaran, kurang lebih 12 sha`)
gandum, seratus potong daging dan uang dua puluh dirham seraya berkata:
“Ini untuk kamu dan keluarga kamu, selagi aku masih hidup (akan aku
beri) setiap bulan, karena kemuliaan hari ini.”
فَذَهَبَ الْفَقِيْرُ إِلَى مَنْزِلِهِ،
Dan pulanglah si faqir ke rumahnya
فَلَمَّا
جُنَّ اللَّيْلُ وَنَامَ الْقَاضِيْ سَمِعَ هَاتِفًا يَقُوْلُ: اِرْفَعْ
رَأْسَكَ فَرَفَعَ رَأْسَهُ، فَأَبْصَرَ قَصْرًا مَبْنِيًّا بِلَبِنَةٍ
مِنْ ذَهَبٍ وَلَبِنَةٍ مِنْ فِضَّةٍ، وَقَصْرًا مِنْ يَاقُوْتَةٍ
حَمْرَاءَ يَبِيْنُ ظَاهِرُهُ مِنْ بَاطِنِهِ، فَقَالَ: إِلَهِيْ مَا
هَذَانِ الْقَصْرَانِ؟ فَقِيْلَ لَهُ: هَذَانِ كَانَا لَكَ لَوْ قَضَيْتَ
حَاجَةَ الْفَقِيْرِ، فَلَمَّا رَدَدْتَهُ صَارَا لِفُلَانٍ
اَلنَّصْرَانِيِّ، قَالَ: فَانْتَبَهَ الْقَاضِيْ مَرْعُوْبًا يُنَادِيْ
بِالْوَيْلِ وَالثُّبُوْرِ،
. Ketika malam tiba dan sang Qadhi
tidur dan bermimpi mendengar suara seseorang yang tidak terlihat
orangnya, orang itu berkata:
“Angkat kepalamu!”. Maka sang
qadhipun mengangkat kepalanya, tiba-tiba dia melihat dua buah istana
yang dibangun dari batu-bata bersalut emas dan sebuah lagi dibangun
dari yaqut merah.
Ia bertanya, “Ya Tuhan, apa dua istana ini ?”
Terdengar
jawaban, “Keduanya untuk kamu andaikan saja kamu mau memenuhi hajat
si faqir. Maka ketika kamu menolak dia, kini istana itu milik seorang
Nashrani .”
فَغَدَا إِلَى النَّصْرَانِيِّ فَقَالَ لَهُ: مَاذَا فَعلتَ الْبَارِحَةَ مِنَ الْخَيْرِ؟
Sang Qadhipun pergi ke rumah si nashrani seraya bertanya kepadanya , “Amal kebaikan apakah gerangan yang kau buat tadi siang ?”
فَقَالَ: وكَيْفَ ذَلِكَ؟
Si nashrani bertanya: “Ada apa gerangan ?”
فَذَكَرَ لَهُ الرُّؤْيَا ثم قال له: بِعْنِيْ الْجَمِيْلَ الَّذِيْ عَمِلْتَهُ مَعَ الْفَقِيْرِ بِمِائَةِ أَلْفِ دِرْهَمٍ،
Maka
sang qadhipun menceritakan mimpinya, kemudian dia berkata kepada si
nashrani: ““Juallah amal baik yang engkau perbuat terhadap si faqir
kepadaku dengan harga seratus ribu dirham !”
فَقَالَ:
أَيُّهَا الْقَاضِيْ كُلُّ مَقْبُوْلٍ غالٍ لَا أَبِيْعُ ذَلِكَ بِمِلْءِ
الْأَرْضِ كُلِّهَا أَتَبْخَلُ عَلَيَّ بِالْقَصْرَيْنِ؟
Kata
si Nashrani: “ Wahai Qadhi, setiap amal yang diterima adalah mahal,
aku tidak akan menjualnya sekalipun dengan harga bumi serta seisinya,
apakah kamu kikir (sayang / tidak mau memberikan) kedua istana itu
untukku ?”
فَقَالَ: أَنْتَ لَسْتَ بِمُسْلِمٍ،
Sang qadhipun berkata: “Bukankah engkau bukan orang Islam ?”
فَقَطَعَ
الزُّنَّارَ وَقَالَ: أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَأَشْهَدُ
أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ وَأَنَّ دِيْنَهُ هُوَ الْحَقُّ.
Ketika itu juga orang Nashrani itu memotong ikat pinggangnya, dan mengucapkan dua kalimat syahadat:
ASYHADU AN LAA ILAAHA ILLALLAAH WA ASYHADU ANNA MUHAMMADAN RASUULULLAAH
Dan sesungguhnya agama nabi Muhammad adalah yang benar
Sumber:
Kitab Irsyadul Ibad halaman 78 (maktabah syamilah halaman 149)
Wallaahu A'lam
Semoga bermanfaat.
Oleh : KH. Abdullah Afif
LINK ASAL :
http://www.facebook.com/groups/piss.ktb/permalink/502070393149107/