Syarat Agar Do’a Mustajab adalah artikel untuk kamu yang ingin do’anya dikabulkan. Tanpa memenuhi syarat ini, doa kamu sulit mustajab. Apa saja syaratnya? Silahkan simak pemaparan berikut.
al-mad'uu (Dzat yang dimintai) dengan
ad-Daa'I (orang yang berdo'a/meminta). Langkah pertama yang harus dilakukan tentunya berdo'a, meminta kepada Allah ta'ala. Setelah itu, orang yang berdo'a harus memperhatikan beberapa hal agar do'anya cepat di dengar oleh Allah kemudian dikabulkanNya. Diantaranya :
Dari pihak yang dimintai telah ada janji bahwa setiap do'a yang di dipanjatkankepadaNya akan diperkenankan, kini saatnya kita memperhatikan dari pihak yang meminta. Harus ada keseimbangan antara
1.Hatinya tidak lupa dan yakin akan terkabul
Orang yang
berdo'a adalah orang yang sedang bermunajat kepada Allah ta'ala, seyogyanya dia bisa menghadirkan hatinya keharibaanNya. Karena Dzat yang sedang ia hadapi bukanlah
jism yang bisa di raba dan di lihat, maka hati harus berperan aktif. Membayangkan dengan nyata bahwa Allah ta'ala melihat dan mendengar setiap rangkaian kata yang keluar rapi dari mulutnya adalah bentuk utama peran aktif hati dalam do'anya. Ketika hati bisa berperan aktif sedemikian rupa maka do'a yang ia ucapkan bagaikan anak panah yang keluar dengan kuat dari busur hingga bisa mengenai sasaran yang dituju, begitu juga sebaliknya, ketika hati tidak bisa berperan aktif dalam do'a yang ia ucapkan, maka do'a tersebut bagaikan anak panah yang tidak melesat cepat, bagaimana bisa mengenai sasaran yang di tuju?
Disamping harus bisa mengkonsenterasikan hati, orang yang berdo'a harus yakin bahwa do'a yang dia panjatkan akan diperkenankan oleh Allah ta'ala.
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, قَالَ: اُدْعُوْا اللهَ وَأَنْتُمْ مُوْقِنُوْنَ بِاْلإِجَابَةِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ لاَ يَقْبَلُ دُعَاءً مِنْ قَلْبٍ غَافِلٍ لاَهٍ (رواه الحاكم)
Dari sahabat Abi Hurairah (semoga Allah meridhainya), dari Nabi sallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda: berdo'alah kepada Allah dan yakinlah akan terkabulnya do'amu, ketahuilah sesungguhnya Allah tidak menerima do'a dari hati yang lupa yang lalai. (HR. Imam Hakim).
Banyak hal yang harus dilakukan agar orang bisa mengkonsenterasikan hati, bisa menghadirkannya kala berdo'a. Kesemuanya kembali kepada hidupnya hati, jangan sampai hati mati. Untuk menghidupkan hati kita dapat mengambil pelajaran dari apa yang dikatakan oleh Imam Ibrahim bin Adham.
Diceritakan bahwa Ibrahim bin Adham lewat pada sebuah pasar di Basrah, kemudian orang-orang datang menghampirinya dan berkata: Wahai Aba Ishak, apa gerangan kita berdo'a akan tetapi tidak dikabulkan?
Imam Ibrahim bin Adham berkata: Karena hatimu mati sebab sepuluh perkara;
Pertama, engkau mengetahui Allah akan tetapi engkau tidak mendatangi hakNya.
Ke dua, kamu menyangkan bahwa kamu mencintai Rasulullah sallallahu 'alaihi wa sallam, akan tetapi kamu meninggalkan sunnahnya.
Ke tiga, kamu membaca al-Qur'an dan kamu tidak mengamalkan isi kandungannya.
Ke empat, engkau banyak memakan nikmat-nikmat Allah dan engkau tidak bersyukur atasnya.
Ke lima, engkau berkata bahwa syetan adalah musuhmu akan tetapi engaku tudak mau berpaling darinya.
Ke enam, engkau berkata bahwa syurga adalah hak, akan tetapi engkau tidak beramal untuknya.
Ke tujuh, engkau berkata bahwa neraka adlah hak, akan tetapi engkau tidak lari menjauh darinya.
Ke delapan, engkau berkata bahwa kematian adalah hak, akan tetapi engkau tidak mempersiapkan diri untuk menghadapinya.
Ke Sembilan, kala kamu bangun dari tidur kamu sibuk dengan mengintai kejelekan orang lain, akan tetapi kamu lupa akan kejelekan kamu sendiri.
Ke sepuluh, kamu mengubur orang matimu, akan tetapi kamu tidak mengambil pelajaran dengannya
[1].
2.Tidak makan haram
Hal selanjutnya yang harus diperhatikan bagi orang yang berdo'a adalah prihal makanan. Jangan sampai ada makanan yang haram yang masuk ke lambung, karena sesedikitpun makanan itu bisa menjadikan do'a yang ia panjatkan tidak diperkenankan oleh Allah ta'ala.
Dalam firmanNya Allah ta'ala menyeru kepada orang mukmin untuk memakan makanan yang baik. Begitu juga tatkala Allah ta'ala memerintahkan kepada para utusan untuk beramal shaleh, Dia mengawalinya dengan menyeru kepada mereka untuk memperhatikan makanan yang mereka makan, menyeru kepada mereka untuk memakan makanan yang baik. Apa yang Dia perintahkan kepada para utusan juga menjadi perintahNya kepada orang-orang mukmin.
Karena
do'a merupakan amal shaleh, seharusnya bagi orang yang berdo'a untuk memperhatikan makanan yang ia makan sebelum berdo'a kepada Allah. FirmanNya:
يَاأَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا كُلُوْا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ (البقرة/2: 172)
Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu (TQS. Al-Baqarah/2: 172)
يَااَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوْا مِنَ الطِّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوْا صَالِحًا, إِنِّيْ بِمَا تَعْمَلُوْنَ عَلِيْمٌ (المؤمنون/23: 51)
Hai rasul-rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah amal yang saIeh. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (TQS. Al-Mukminuun/23: 51)
Dalam hadisnya Rasulullah juga merasa heran kepada orang yang
berdo'a kepada Allah ta'ala akan tetapi dia tidak memperhatikan tentang halal-haram. Makanan, minuman dan pakainnya dipenuhi dengan keharaman.
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهٌ عَنْهُ أَنَّهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ اللهَ طَيِّبٌ لاَ يَقْبَلُ إِلاَّ طَيِّبًا وَإِنَّ اللهَ أَمَرَ الْمُؤْمِنِيْنَ بِمَا أَمَرَ بِهِ الْمُرْسَلِيْنَ فَقَالَ (يَااَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوْا مِنَ الطِّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوْا صَالِحًا, إِنِّيْ بِمَا تَعْمَلُوْنَ عَلِيْمٌ) وَقَالَ : (يَاأَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا كُلُوْا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ) ثُمَّ ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيْلُ السَّفَرَ أَشْعَثَ أَعْبَرَ, يَمُدُّ يَدَيْهِ إِلَى السَّمَاءِ: يَا رَبِّ ... يَا رَبِّ... وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ وَغُذِّيَ بِالْحَرَامِ فَأَنَّيْ يُسْتَجَابُ لَهُ؟ (رواه مسلم).
Dari sahabat Abi Hurairah (semoga Allah meridhainya) bahwasanya dia berkata: Rasulullah sallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: Wahai manusia, sesungguhnya Allah adalah Dzat yang suci, Dia tidak menerima kecuali yang suci. Sesungguhnya Allah memerintahkan orang-orang mukmin dengan apa yang Ia perintahkan kepada para utusan, kemudian berfirman-yang artinya: Hai rasul-rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah amal yang saIeh. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (TQS. Al-Mukminuun/23: 51), dan berfirman –yang artinya: Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu (TQS. Al-Baqarah/2: 172). Kemudian Rasulullah sallallahu 'alaihi wa sallam menceritakan tentang seorang laki-laki yang bepergian jauh, rambutnya kusut dan dipenuhi dengan debu, mengangkat kedua tangannya kea rah langit seraya berdoa: Duhai Tuhanku….duhai Tuhanku…sedangkan makanan, minuman dan pakaiannya adalah haram serta dia dikenyangkan dengan barang haram, bagaimana diperkenankan baginya? (HR. Imam Muslim).
Artinya sangat jauh dari diperkenankan sebuah do'a apabila orang yang berdo'a dalam sifat dan keadaan yang dituturkan oleh Rasulullah sallallahu 'alaihi wa sallam tersebut.
وَنُقِلَ عَنْ وَهْبِ بْنِ مُنَبِّهْ أَنَّهُ قَالَ : بَلَغَنِيْ أَنَّ مُوْسَى عَلَيْهِ السَّلاَمُ مَرَّ بِرَجُلٍ قَائِمٍ يَدْعُوْ وَيَتَضَرَّعُ طَوِيْلاً وَهُوْ يَنْظُرُ إِلَيْهِ, فَقَالَ مُوْسَى: يَا رَبِّ أَمَا اسْتَجَبْتَ لِعَبْدِكَ؟ فَأَوْحَى اللهُ تَعَالَى إِلَيْهِ: يَا مُوْسَى إِنَّهُ لَوْ بَكَى حَتَّى تَلِفَتْ نَفْسُهُ وَرَفَعَ يَدَهُ حَتَّى بَلَغَ عَنَانَ السَّمَاءِ مَا اسْتَجَبْتُ لَهُ. قَالَ: يَا رَبِّ لِمَا ذَلِكَ؟ قَالَ: ِلأَنَّ فِيْ بَطْنِهِ الْحَرَامُ وَعَلَى ظَهْرِهِ الْحَرَامُ وَفِيْ بَيْتِهِ الْحَرَامُ.
Dinukil dari Wahab bin Munabbih, bahwasanya dia berkata: Telah sampai kepadaku sesungguhnya Musa 'alaihis salam berlalu dengan seorang laki-laki yang berdiri seraya berdo'a dan mendekatkan diri dalam tempo waktu yang lama sedangkan dia (Musa) melihat kepadanya. Berkata Musa: Duhai Tuhanku, apakah Engkau tidak mengkabulkan pada hambaMu?. Maka Allah memberikan wahyu kepada Musa: Wahai Musa, sesungguhnya kalaupun dia menangis hingga dia mati, dan mengangkat tangannya hingga menggapai langit maka Aku tetap tidak akan mengkabulkan do'anya. Berkata Musa: Duhai Tuhanku, mengapa demikian? Allah berfirman: Karena didalam lambungnya ada perkara haram, di punggungnya ada perkara haram, dan di rumahnya ada perkara haram.
وَرُوِيَ عَنْ سَعْدِ بْنِ وَقَّاصٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّهُ قَالَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ اُدْعُ اللهَ أَنْ يَجْعَلَنِيْ مُسْتَجَابَ الدَّعْوَةِ. فَقَالَ لَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : أَطِبْ مَطْعَمَكَ تَكُنْ مُسْتَجَابَ الدَّعْوَةِ. وّالَّذِيْ نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ إِنَّ الْعَبْدَ لَيَقْذِفُ اللُّقْمَةَ الْحَرَامَ فِيْ جَوْفِهِ ماَ يُتَقَبَّلُ مِنْهُ أَرْبَعِيْنَ يَوْمًا. فَأَيُّمَا عَبْدٍ نَبَتَ لَحْمُهُ مِنْ سُحْتٍ فَالنَّارُ أَوْلَى بِهِ. (رواه الطبراني في الصغير)
Diriwayatkan dari Sa'ad bin Waqqash (semoga Allah meridhainya) bahwasanya dia berkata: Ya Rasulallah, berdo'alah kepada Allah agar menjadikan aku orang yang selalu diperkenankan do'anya. Kemudian Nabi sallallahu 'alahi wa sallam bersabda: Bagusilah makananmu, maka engkau akan menjadi orang yang sellau diperkenankan do'anya, demi Dzat yang jiwa Muhammad ada di tangannya, sesungguhnya seorang hamba memasukkan sesuap makanan ke perutnya hingga tidak diterima apa darinya selama 40 hari. Siapa saja tumbuh dagingnya dari perkara haram, maka neraka lebih utama baginya. (HR. Imam at-Thabrani dalam mu'jam shaghirnya).
Lihatlah, tatkala Sa'ad meminta dido'akan agar menjadi orang yang selalu diperkenankan do'anya, beliau tidak dengan serta merta mendo'akan dia, akan tetapi beliau memberikan petunjuk kepada dia bagaimana caranya agar menjadi orang yang selalu diperkenakan do'anya. Kalau pada saat itu beliau mendo'akan Sa'ad sebagaimana apa yang Sa'ad minta, maka, mungkin di dunia ini hanya Sa'ad orang yang do'anya selalu diperkenankan oleh Allah. Akan tetapi tidak, beliau menggantinya dengan sebuah petunjuk, dan petunjuk beliau bisa dijalankan oleh semua orang yang menginginkan agar do'anya selalu diperkenankan. Ingatlah! Petunjuk Rasulullah tersebut adalah memperbaiki makanan.
Meskipun demikian, hadis ini tidak serta merta dijadikan pegangan untuk menolak do'a orang maksiat secara total. Boleh saja Allah memperkenankan do'a mereka atas kemuliaan dan keutamaan dariNya. Bahkan terkadang Allah memperkenankan do'a orang kafir.
وَأَخْرَجَ الْبَيْهَقِيْ فِيْ (شُعَبِ اْلإِيْمَانِ) عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِنَّ جِبْرِيْلَ مُوَكَّلٌ بِحَاجَاتِ الْعِبَادِ, فَإِذَا دَعَا الْمُؤْمِنُ قَالَ اللهُ تَعَالَى: يَا جِبْرِيْلُ اِحْبِسْ حَاجَةَ عَبْدِيْ فَإِنِّيْ أُحِبُّهُ وَأُحِبُّ صَوْتَهُ, وَإِذَا دَعَا الْكَافِرُ, وَفِيْ رِوَايَةٍ الفَاجِرُ, قَالَ: يَا جِبْرِيْلُ اِقْضِ حَاجَةَ عَبْدِيْ فَإِنِّيْ أَبْغَضَهُ وَأَبْغَضَ صَوْتَهُ.
Imam Baihaqi meriwayatkan dalam (su'abul iman) dari sahabat Jabir bin Abdillah, dia berkata: Rasulullah sallallahu'alahi wa sallam bersabda: Sesungguhnya Jibril ditugaskan –oleh Allah- dengan kebutuhan-kebutuhan hamba. Apabila seorang mukmin berdo'a, Allah ta'ala berfirman: Wahai Jibril, tahanlah kebutuhan hambaKu, karena Aku mencintainya dan mencintai suaranya. Apabila seorang kafir –dan para riwayat lain seorang fajir- berdo'a, Dia berfirman: Wahai Jibril, penuhilah kebutuhan hambaKu, karena Aku membencinya dan membenci suaranya.
Diceritakan bahwasanya Musa 'alaihis salam berkata: "Duhai Tuhanku, apabila orang yang berpuasa, orang yang shalat, dan orang yang berjihad berdo'a kepadaMu, dengan apa Engkau menjawabi mereka?" Allah berfirman: "Aku berkata : selamat datang". Musa berkata: "Duhai Tuhanku, apabila yang berdo'a adalah orang yang maksiat?". Allah berfirman: "Aku berkata: Selamat datang, Selamat datang, Selamat datang, tiga kali". Musa berkata: "Duhai Tuhanku, Engkau menjawabinya dengan ucapan selamat dating sebanyak tiga kali!" Allah ta'ala berfirman: "Karena dia berpegang kepada kemuliaanKu, sedangkan selain dia berpegang kepada amalnya"
[2].
3.Tidak tergesa dalam ijabah.
Imam Ali bin Hasan bin Abdillah bin Husain bin Umar al-'Atthas dalam kitabnya al-Qirtas sebuah kitab syarah Ratib al-'Atthas menuturkan satu bab tersendiri prihal syarat-syarat orang yang berdo'a.
Di dalam kitab tersebut beliau berkata:
Ulama berkata: Dan termasuk
syarat-syarat orang yang berdo'a adalah tidak merasa terlambat dalam ijabah (terkabulnya do'a) dan tidak ragu didalamnya. Sungguh dalam sebagian hadis telah disebutkan: Allah mengutus seorang hamba kemudian berfirman kepadanya: "Apakah Aku tidak memerintahkanmu melaporkan segala kebutuhanmu kepadaKu?". Hamba tersebut berkata: " Iya, sungguh aku telah melaporkannya kepadaMu". Kemudian Allah ta'ala berfirman: "Sekali-kali tidaklah engkau meinta kepadaKu sesuatu kecuali aku pasti memperkenankannya. Akan tetapi sebagian Aku segerakan untukmu di dunia, dan apa-apa yang tidak aku segerakan di dunia, maka, itu adalah simpanan untukmu, maka ambillah sekarang" . kemudian hamba tersebut berkata: "Andai saja Allah tidak memperkenankan do'ku di dunia". Hadis ini dituturkan oleh Syeikh Muhammad bin Ibrahim bin 'Ibad dalam Syarah Hikam
[3].
Artinya setiap do'a pasti akan diperkenankan (di ijabahi)oleh Allah selama orang yang berdo'a tidak tergesa-gesa di dalamnya. Banyak sekali ayat al-Qur'an dan hadis Nabi yang menuturkannya.
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ: أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, قَالَ «يُسْتَجَابُ لِأَحَدِكُمْ مَالَمْ يَعْجَلْ, يَقُوْلُ دَعَوْتُ فَلَمْ يُسْتَجَبْ لِيْ» أخرجاه في الصحيحين
Dari sahabat Abi Hurairah (semoga Allah meridhoinya) sesungguhnya Rasullulah sallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: Pasti diterima do'amu itu selama tidak tergesa-gesa dengan berkata : aku telah berdo'a dan tidak diterima. (HR. Imam Bukhari dan Imam Muslim).
Baik
do'a orang shaleh atau do'a seorang yang penuh dengan dosa. Karena tidak ada tempat kembali dan tempat memasrahkan diri kecuali hanya kepada Allah ta'ala. Tidak ada yang bisa memenuhi kebutuhan semua orang kecuali Allah ta'ala.
Berkata sebagian ulama:
يَا رَبِّ إِنْ عَظُمَتْ ذُنُوْبِيْ كَثْرَةً * فَلَقَدْ عَلِمْتُ بِأَنَّ عَفْوَكَ أَعْظَمُ
إِنْ كَانَ لاَ يَرْجُوْكَ إِلاَّ مُحْسِنٌ * فَمَنْ الَّذِيْ يَدْعُوْ وَيَرْجُوْ الْمُجْرِمُ
أَدْعُوْكَ رَبِّ كَمَا أَمَرْتَ تَضَرُّعًا * فَإِذَا رَدَدْتَ يَدِيْ فَمَنْ ذَا يَرْحَمُ
مَالِيْ إِلَيْكَ وَسِيْلَةٌ إِلاَّ الرَّجَا * وَجَمِيْلَ عَفْوِكَ ثُمَّ إِنِّيْ مُسْلِمٌ
Duhai Tuhanku apabila besar dosaku karena banyaknya; maka sungguh aku tahu bahwa sesungguhnya pengampunanMu itu lebih besar.
Apabila yang berharap kepadaMu hanya orang-orang baik saja; maka kepada siapa orang yang berdosa berdo'a dan berharap?
Aku berdo'a kepadaMu Tuhanku dengan penuh rendah diri sebagaimana Engaku perintahkan; maka apabila Engkau menolak tanganku, siapa lagi yang mengasihiniku?
Tidak ada perantara bagiku kepadaMu melainkan pengharapan; dan indahnya pengampunanMu, setelah itu aku adalah orang yang memasrahkan diri.
4.Memperhatikan adab dalam berdo'a
Hal terpenting yang harus diperhatikan oleh orang yang berdo'a adalah memperhatikan dengan sungguh
adab-adab dalam berdo'a.
Dalam kesempatan kali ini kami tidak menuturkan panjang lebar, InsyaAllah kami tuturkan pada bab selanjutnya.
[1] Al-jawahir al-lu'luiyah fi Syarkhi al-Arba'in an-Nawawiyah : 110.
[2] Al-jawahir al-lu'luiyah fi Syarkhi al-Arba'in an-Nawawiyah : 110-111.
[3] Al-jawahir al-lu'luiyah fi Syarkhi al-Arba'in an-Nawawiyah : 56.